Sabtu, 25 Juni 2011

KENALI NEGERIMU CINTAI NEGERIMU

WISATA ROHANI
Masjid Menara Kudus 



  
A. Selayang Pandang. 
Salah satu obyek wisata di kota Kudus yang sekaligus menjadi tujuan para peziarah, adalah Masjid Menara Kudus. Masjid yang didirikan pada tahun 956 Hijriah atau 1549 Masehi ini memiliki nama asli, Masjid Al-Aqsa. Keberadaan masjid ini tidak dapat dipisahkan dari sosok ulama terkenal di Kudus waktu itu, yaitu Ja‘far Sodiq, atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus.Dari salah satu versi cerita yang berkembang, nama Al-Aqsa dipilih oleh Sunan Kudus sebagai buah kunjungannya dari Masjid Al-Aqsa di Palestina.  Konon, Sunan Kudus pernah membawa kenang-kenangan berupa sebuah batu dari Baitul Maqdis di Palestina yang kemudian dijadikan sebagai batu pertama pendirian masjid yang diberi nama Masjid Al-Aqsa tersebut. Seiring berjalannya waktu, masjid tersebut kemudian lebih populer dengan sebutan Masjid Menara Kudus. Di dalam kompleks masjid inilah makam Sunan Kudus berada.Bagi pengunjung yang akan memasuki kompleks masjid, pertama-tama, sapuan mata akan tertuju pada bangunan monumental berbentuk candi bercorak Hindu Majapahit. Bukan hanya karena ukurannya yang besar, tetapi juga keunikan bentuknya yang tak mudah dilupakan, yang membuat bangunan itu tampak spesial di antara bangunan-bangunan lainnya. Bentuknya tidak akan pernah ditemui kemiripannya dengan berbagai menara masjid di penjuru dunia manapun.

B. Keistimewaan

Menara Kudus merupakan simbol akulturasi antara kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam, hal ini dapat dijumpai dari gaya arsitekturnya yang menyerupai candi-candi di Jawa Timur pada era Majapahit (misalnya Candi Jago) dan juga menyerupai Menara Kukul di Bali. Menara ini memiliki ketinggian 17 meter dan luas sekitar 100 meter persegi. Ciri lain yang mudah diidentifikasi pengunjung adalah penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen sebagai bahan utama bangunan. Konon, dengan dibantu para cantriknya, Sunan Kudus membangun menara ini hanya dengan menggosok-gosokkan batu bata yang satu dengan batu-bata lainnya hingga lengket.  Pada bagian ujung menara yang beratap dua lapis dengan konstruksi kayu jati yang ditopang empat saka guru terdapat semacam mustaka (kubah) mirip atap tumpang pada masjid-masjid tradisional Jawa. Fungsi dari menara itu adalah untuk tempat mengumandangkan azan.Keunikan lain yang bisa dijumpai oleh peziarah adalah pada ruang wudlu yang juga disusun dari bata merah. Pancurannya berbentuk kepala arca berjumlah delapan buah. Hal ini dekat dengan falsafah Buddha, Asta Sanghika Marga (delapan jalan utama) yang merujuk pada: pengetahuan, keputusan, perbuatan, cara hidup, daya, usaha, meditasi, dan keutuhan.Objek wisata ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah di Indonesia, terutama pada momen “Buka Luwur” (penggantian kain kelambu pada makam Sunan Kudus) yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharam/Asyura. Momen menarik dalam upacara Buka Luwur ini adalah ketika menyaksikan para peziarah berebut nasi bungkus dan kain luwur bekas penutup makam Sunan Kudus yang dipercaya dapat memberikan keberuntungan bagi mereka yang memperolehnya. Selain “Buka Luwur”, kawasan Menara Kudus juga menjadi pusat keramaian pada saat “Dandhangan”, yaitu tradisi menyambut kedatangan bulan Ramadhan, yang mencapai puncaknya pada satu hari sebelum datangnya bulan Ramadhan. 

C. Lokasi

Objek wisata Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

D. Akses

Kota Kudus terletak di sebelah Timur Kota Semarang dengan jarak sekitar 40 km, atau membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam jika ditempuh dengan kendaraan bermotor/alat transportasi umum (bus). Letak Masjid Menara Kudus yang cukup dekat dengan pusat kota Kudus (Alun-alun kota), yaitu berjarak sekitar 1,5 km ke arah barat dari alun-alun kota membuat Masiid Menara Kudus mudah dijangkau oleh calon wisatawan atau peziarah.

E. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Di kawasan Menara Kudus tersedia lahan parkir, warung makan, kios cenderamata dan makanan khas Kudus, warung telekomunikasi, warung internet, dan tolilet/MCK yang dikelola oleh masyarakat setempat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar