Pengantar Redaksi:Ikananda Wahyu Martin, alumni SMA 5 Semarang, yang juga pernah aktif di SAKA BHAKTI HUSADA, meski tidak terlalu dalam, tetapi minatnya terhadap sastra dan lingkungan sangatlah besar. Simaklah tulisannya berikut ini.
Pengantar Redaksi:
Ikananda Wahyu Martin, alumni SMA 5 Semarang, yang juga pernah aktif di SAKA BHAKTI HUSADA, meski tidak terlalu dalam, tetapi minatnya terhadap sastra dan lingkungan sangatlah besar. Simaklah tulisannya berikut ini.
Cinta Semangkuk Wedang Tahu
Wanita tua itu mendorong kursi roda dimana suaminya yang juga sudah renta itu duduk, keluar dari sebuah ruang kecil terapi akupuntur. Dengan sedikit kepayahan mendorong ke arah salah satu kursi tunggu, lalu duduk sebentar sambil membisikkan sesuatu ke telinga si kakek yang dibalas dengan sesimpul senyum dan anggukan oleh si kakek. Si nenek beranjak sebentar ke halaman depan untuk kemudian kembali sambil membawa semangkuk wedang tahu dari seorang penjaja di halaman luar.
Kepulan asap begitu pekat keluar dari mangkuk yang dibawa oleh si nenek, menunjukkan bahwa apa yang dibawanya sangat panas bagai mendidih.Samar tercium khas aroma jahe yang begitu menggairahkan penciuman, serta sedikit bau manis dari gula aren dan sedikit wangi tahu yang melipatgandakan jumlah liur dalam kecapan.
Tangan keriput nenek mengambil sesendok dan di tiupnya perlahan untuk kemudian disuapkan ke mulut sang kakek. Perlahan tapi intens si nenek melancarkan suapan-suapan cinta itu ke mulut si kakek yang selalu memandang si nenek di setiap jeda suapan dengan tatapan sayang yang tak dapat dilukiskan. Manakala pandangan keduanya bertemu di tiap suapan yang terjadi, terasa begitu banyak dan kuat cinta serta sayang yang terbentuk, begitu sulit untuk dijabarkan dalam kata dan digambarkan dalam sebuah laku. Auranya semakin kuat manakala senyum meneduhkan dari nenek selalu terbentuk di setiap akhir suapan. Dan aura itu tak lekang meski suapan terakhir telah menandaskan isi mangkuk itu. Tisu kecil dari saku nenek menyeka bulir cinta yang tersisa di sudut bibir si kakek, sembari tangan kanan kakek menggenggam erat tangan kiri belahan jiwanya yang begitu penuh pengabdian bersama menanti usainya masa.
Romansa indah di senja mereka, romansa yang begitu terekam kuat di benakku, romansa cinta semangkuk wedang tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar