Jumat, 22 Juli 2011

SASTRA KITA

Pengantar Redaksi:

Dalam sastra kita kali ini akan ditampilkan beberapa karya puisi Dyah Ayu Prima Rukmi (alumni SMALA angkatan 2005, sekarang masih menuntut ilmu HI di Universitas Padjadjaran Bandung. marilah kita cermati dan coba untuk memahaminya.



Umum




detik demi detik berlalu
siang malam aku merindukanmu
bagai kekasih tak punya identitas
cintamu kelabu memerah jambu
di langit yang biru
ada wajahmu kurang garam
hambar menyeringai tak berperasaan
dari jendela dekat tong sampah aku berdiri
berjinjit di atas karpet Turki buatan tangan
menggaruk ketiak meneriakkan namamu
sebuah kejadian
ini aku melepas riakku
cebur ke arah mulut tipismu
dan kuludahkan sebatang kayu
hidungnya panjang tukang bohong
pinokio itu bapakmu
sedang jalan-jalan di awan
gepetto tua renta pakai kacamata
dilap basah oleh hujan
air klise yang digunakan puitisi
seluruh penggiat puisi untuk menggorokkan darah sedih
sendu tangis pilu
kejujuran bagai sembilu
waktu terus bergulir
burung berkicau merdu
bulan purnama tersenyum
malam dan siang aku memelukku
minum pun terselak
makan pun tersedak
mandi kuintip
pakai celana kelihatan
pakai baju terbalik
mau apa dirimu, kakanda?
menenteng akte kelahiran
lahirlah putri dari kerajaan antah berantah
menyepuh emas menjadi batu
membakar buku menjadi arang
bunga-bunga bermekaran
lebah dan kumbang tonjok-tonjokan
kakek mesum buka sarung
jika ada umur panjang bolehlah kita menumpang mandi
sumur di ladang kapan-kapan kita berjumpa kembali
salam komplet.


Gemelinting Kata Pendek


kalimat genit
jatuh satu per satu dari atas
dari langit yang tererang dan separuh temaram

bak lingkaran kaca
kecil-kecil
tersimpan di saku seorang bocah
berpipi merah
bermata cahaya

bagai denting
kaki hujan yang kurus
menampuk lantai
kecipak sayap seekor
ikan
sisik berlian

layaknya pinta gerhana
kepada aroma segar
bebungaan,
salam manis dari
pengawal cuaca

rupa tarian asap
meliuk
di tikungan tajam
kabut mata
seseorang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar