Pernah Membuat Karikatur Mengolok-Olok Rasulullah, Tina Stylianidou Berislam Setelah Baca Shirah Nabi
Rabu, 10 Agustus 2011 15:18 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA - Dulu, Keluarga Tina Stylianidou terkenal sebagai keluarga terpandang keturunan Yunani di Turki. Ketika pemerintah Turki memutuskan untuk menendang mayoritas warga negara Yunani keluar dari Turki dan menyita kekayaan mereka, keluarganya kembali ke Yunani dengan tangan kosong. Inilah yang melandasi keluarganya sangat antipati pada Islam.
Dari sisi keluarga ibunya, mereka tinggal di sebuah pulau di Yunani yang persis berbatasan dengan Turki. Selama perang, Turki menduduki pulau dan membakar rumah-rumah mereka. Jadi mereka melarikan diri ke daratan Yunani untuk bertahan hidup. "Tak hanya benci Turki, mereka juga benci Islam," katanya.
Yunani - yang diduduki oleh Turki selama lebih 400 tahun - mengajarkan padanya untuk percaya bahwa untuk setiap kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang Yunani, Islam yang bertanggung jawab. Bahwa Turki adalah Muslim dan kejahatan mereka mencerminkan keyakinan agama mereka. "Jadi selama ratusan tahun kami diajarkan dalam sejarah kami dan buku-buku agama untuk membenci dan mengolok-olok Islam," tambahnya.
Di sekolah, ia mendapat pelajaran bahwa Islam sebenarnya bukan agama dan Muhammad adalah bukan seorang nabi. "Dia hanya seorang pemimpin yang sangat cerdas dan politisi yang mengumpulkan sejumlah aturan dan hukum dari orang-orang Yahudi dan Kristen, menambahkan beberapa ide sendiri dan menaklukkan dunia."
Salah satu tugas dari sekolah, adalah membuat olok-olok tentang dia dan istrinya atau sahabatnya. Ia pun mengerjakan tugas itu dan menerjemahkannya menjadi sebuah karikatur yang diacungi jempol oleh guru-gurunya. "Semua karikatur dan fitnah terhadap dirinya yang diterbitkan di media hari ini sebenarnya merupakan bagian dari kurikulum kami," katanya.
Tetapi, aku Tina, Allah melindunginya sehingga kebencian terhadap Islam, tidak masuk hatinya. Sebagai seorang remaja, dia suka membaca dan tidak benar-benar puas atau yakin dengan kekristenannya. "Saya memiliki kepercayaan pada Tuhan, rasa takut dan mencintai Dia, tetapi untuk hal-hal yang lain bingung. Saya mulai mencari-cari tapi saya tidak pernah mencari terhadap Islam, mungkin karena latar belakang saya menentangnya). Tapi pada akhirnya, Allah mengasihani jiwa saya dan menuntun saya dari kegelapan menuju cahaya kebenaran - Islam - tunduk hanya kepada Satu Allah."
Di tengah kebimbangan, ia dipertemukan dengan seorang pemuda yang telah lebih dulu memutuskan menjadi Muslim. Dari dialah, ia belajar Islam lebih dalam. termasuk, membaca secara lengkap Shirah nabawiyah, sejarah rasulullah Muhammad SAW. Belakangan, ia menerima pinangan pemuda itu dan bersyahadat.
"Menjadi seorang Muslim, saya merahasiakannya dari keluarga dan teman-teman selama bertahun-tahun. Kami tinggal bersama suami saya di Yunani berusaha mempraktikkan Islam tapi itu sangat sulit - hampir mustahil," katanya.
Di kotanya, tidak ada masjid, tidak ada akses ke studi Islam, tidak ada orang berdoa, berpuasa, atau perempuan memakai jilbab (penutup kepala Islam). Yang ada hanya beberapa imigran Muslim yang datang ke Yunani hanya demi alasan ekonomi, dan tidak begitu peduli dengan kehidupan spiritualnya. "Bahkan, mereka lebih Barat ketimbang kami yang orang Barat," katanya.
Dia dan suaminya, harus shalat buru-buru, agar tak diketahui orang. Mereka menandai kalender dengan tanda-tanda tertentu, agar sesuai dengan kalender Hijriyah; terutama Ramadhan dan Dzulhijah.
"Ketika putri saya lahir, kami memutuskan untuk bermigrasi ke sebuah negara Muslim. Kami tidak ingin membesarkannya di lingkungan di mana dia akan berjuang untuk mempertahankan identitas Muslimnya, atau bahkan lebur bersama mereka," katanya.
Sekarang, empat tahun sudah mereka tinggal di Turki. "Saya kerap merasa sangat rindu rumah, dan bertanya-tanya apakah sudah waktunya untuk kembali ke Yunani, negara yang indah dimana saya dilahirkan dan mencoba menemukan cara untuk menggabungkan identitas indah dan budaya nenek moyang Yunani serta identitas Islam saya. Tapi saya merasa bangga dan bersyukur kepada Allah bahwa saya dapat menjadi warga Yunani dan Muslim yang baik," katanya.
Dari sisi keluarga ibunya, mereka tinggal di sebuah pulau di Yunani yang persis berbatasan dengan Turki. Selama perang, Turki menduduki pulau dan membakar rumah-rumah mereka. Jadi mereka melarikan diri ke daratan Yunani untuk bertahan hidup. "Tak hanya benci Turki, mereka juga benci Islam," katanya.
Yunani - yang diduduki oleh Turki selama lebih 400 tahun - mengajarkan padanya untuk percaya bahwa untuk setiap kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang Yunani, Islam yang bertanggung jawab. Bahwa Turki adalah Muslim dan kejahatan mereka mencerminkan keyakinan agama mereka. "Jadi selama ratusan tahun kami diajarkan dalam sejarah kami dan buku-buku agama untuk membenci dan mengolok-olok Islam," tambahnya.
Di sekolah, ia mendapat pelajaran bahwa Islam sebenarnya bukan agama dan Muhammad adalah bukan seorang nabi. "Dia hanya seorang pemimpin yang sangat cerdas dan politisi yang mengumpulkan sejumlah aturan dan hukum dari orang-orang Yahudi dan Kristen, menambahkan beberapa ide sendiri dan menaklukkan dunia."
Salah satu tugas dari sekolah, adalah membuat olok-olok tentang dia dan istrinya atau sahabatnya. Ia pun mengerjakan tugas itu dan menerjemahkannya menjadi sebuah karikatur yang diacungi jempol oleh guru-gurunya. "Semua karikatur dan fitnah terhadap dirinya yang diterbitkan di media hari ini sebenarnya merupakan bagian dari kurikulum kami," katanya.
Tetapi, aku Tina, Allah melindunginya sehingga kebencian terhadap Islam, tidak masuk hatinya. Sebagai seorang remaja, dia suka membaca dan tidak benar-benar puas atau yakin dengan kekristenannya. "Saya memiliki kepercayaan pada Tuhan, rasa takut dan mencintai Dia, tetapi untuk hal-hal yang lain bingung. Saya mulai mencari-cari tapi saya tidak pernah mencari terhadap Islam, mungkin karena latar belakang saya menentangnya). Tapi pada akhirnya, Allah mengasihani jiwa saya dan menuntun saya dari kegelapan menuju cahaya kebenaran - Islam - tunduk hanya kepada Satu Allah."
Di tengah kebimbangan, ia dipertemukan dengan seorang pemuda yang telah lebih dulu memutuskan menjadi Muslim. Dari dialah, ia belajar Islam lebih dalam. termasuk, membaca secara lengkap Shirah nabawiyah, sejarah rasulullah Muhammad SAW. Belakangan, ia menerima pinangan pemuda itu dan bersyahadat.
"Menjadi seorang Muslim, saya merahasiakannya dari keluarga dan teman-teman selama bertahun-tahun. Kami tinggal bersama suami saya di Yunani berusaha mempraktikkan Islam tapi itu sangat sulit - hampir mustahil," katanya.
Di kotanya, tidak ada masjid, tidak ada akses ke studi Islam, tidak ada orang berdoa, berpuasa, atau perempuan memakai jilbab (penutup kepala Islam). Yang ada hanya beberapa imigran Muslim yang datang ke Yunani hanya demi alasan ekonomi, dan tidak begitu peduli dengan kehidupan spiritualnya. "Bahkan, mereka lebih Barat ketimbang kami yang orang Barat," katanya.
Dia dan suaminya, harus shalat buru-buru, agar tak diketahui orang. Mereka menandai kalender dengan tanda-tanda tertentu, agar sesuai dengan kalender Hijriyah; terutama Ramadhan dan Dzulhijah.
"Ketika putri saya lahir, kami memutuskan untuk bermigrasi ke sebuah negara Muslim. Kami tidak ingin membesarkannya di lingkungan di mana dia akan berjuang untuk mempertahankan identitas Muslimnya, atau bahkan lebur bersama mereka," katanya.
Sekarang, empat tahun sudah mereka tinggal di Turki. "Saya kerap merasa sangat rindu rumah, dan bertanya-tanya apakah sudah waktunya untuk kembali ke Yunani, negara yang indah dimana saya dilahirkan dan mencoba menemukan cara untuk menggabungkan identitas indah dan budaya nenek moyang Yunani serta identitas Islam saya. Tapi saya merasa bangga dan bersyukur kepada Allah bahwa saya dapat menjadi warga Yunani dan Muslim yang baik," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar