Belajar Yuk...
Oleh: Noor Isma Rosanti Hartoyo
Beban Belajar terlalu banyak |
Buat apa sih sebenarnya kita belajar? Belajar itu kan membosankan. Duduk diam, depannya buku atau papan tulis yang tegak berdiri. Toh ujung-ujungnya nilai terus. Itulah pemikiran saya dahulu, mungkin juga pemikiran sebagian dari pelajar yang bosan dengan yang namanya sekolah atau belajar. Eits, tapi tunggu dulu, saya sekarang punya pemikiran yang berbeda.
Ada beberapa alasan kenapa kita harus sekolah, kenapa kita harus belajar. Ini nih, beberapa alasan saya:
Bentuklah pola pikir kita belajar bukan hanya untuk sebuah nilai atau angka.
Sebenarnya tidak penting juga apa itu nilai, seberapa besar nilai yang kita dapat. Banyak yang salah niat belajar atau sekolah untuk dapat nilai. Memang sih, nilai itu sebagai barometer dari pembelajaran, tapi kan nilai bisa diperoleh dengan cara-cara yang tidak murni dari kemampuan diri kita sendiri. Bisa jadi itu karena keberuntungan, guru atau penilai yang menilai dengan cara yang subjektif, ataupun dengan cara curang... hehehe.
Ok balik lagi, yang terpenting dari suatu proses pembelajaran adalah untuk mendapatkan ilmu dan ilmu yang telah kita dapat itu akan membentuk pola pikir kita. Coba deh bandingin, orang yang tidak belajar dan orang yang belajar. Orang yang tahu dan orang yang tidak tahu apa-apa.
Orang yang tahu atau belajar pasti bisa berpikir dengan tepat, atau bisa ngomong dengan tepat, tidak asal ngomong berdasarkan hasil ilmu-ilmu yang telah mereka dapatkan. Kenapa itu bisa terjadi? Sebenarnya otak kita itu merekam ilmu-ilmu yang sudah kita dapat, terus sel-sel otak itu menghubungkan satu sama lain dari ilmu-ilmu yang kita dapat. Jadi sel-sel otak itu akan membuat jembatan satu dengan yang lainnya. Semakin banyak ilmu yang kita dapat, semakin bayak jembatan yang akan kita buat, dan semakin mudah kita membentuk suatu pola pikir yang teratur, yang tidak ngawur dan terarah.
Tapi perlu diingat, jangan asal memasukkan ilmu-ilmu itu ke dalam otak kita, saringlah ilmu yang menurut kita baik, dan buang jauh-jauh yang tidak memberikan manfaat atau cukup dengarkan saja sebagai referensi atau mungkin hanya sebagai pembanding.
Buat bangga orang-orang sekitarmu.
Secara tidak langsung, orang-orang di sekitarmu pun akan bangga dengan prestasi-prestasi yang kamu dapatkan, terlebih lagi itu adalah orangtuamu yang memibingmu dari kecil. Coba deh, bayangin ayah ibumu tersenyum bangga dengan segala prestasi yang kamu dapat. Kamu pastinya seneng juga kan? Tidak ada orangtua yang tidak bangga sama anaknya yang punya prestasi segudang.
Coba juga bayangin sekali lagi, gimana kalau ibu atau ayahmu cuma bisa gigit jari gara-gara kamu tidak dapat nilai bagus atau prestasi. Kamu pasti merasa tidak enak sama orangtuamu. Jadi, bolehlah nilai di nomor duakan, tapi pikirin dech gimana persaaan orang-orang sekitarmu ketika kamu dapat nilai atau prestasi bagus. Pasti mereka akan bilang, itu loh temanku, itu loh sepupuku, itu loh adikku, itu loh kakakku, itu loh tetanggaku. Sampai orang yang tidak kamu kenal betul atau sekedar tahu kamu pasti akan ngaku-ngaku kalau kamu itu orang yang kamu kenal yang kamu banggakan.
Berapa orang dan berapa hati yang kamu buat senang dengan prestasimu? Terlebih lagi kedua orangtuamu. Tapi yang perlu diingat disini, jangan sampai nilai menjadi acuan kamu buat belajar. Boleh, tapi jangan menjadi prioritas utama. Masih ada yang lebih utama kenapa kamu harus belajar. Buat orangtuamu tersenyum bangga, buat orang-orang sekitarmu bangga dengan prestasimu.
Yuk, bangun bangsa Indonesia.
Tahu tidak? Soekarno-Hatta dan para pahlawan yang telah mengukir namanya dengan tinta emas untuk bangsa ini, mereka adalah orang-orang yang tekun dan mau belajar. Ingat ya, pintar bukan karena genetika, tapi karena ketekunan.
Tahu restorasi Meiji? Restorasi Meiji adalah suatu usaha bangsa Jepang untuk menjadikan bangsanya menjadi bangsa yang besar. Liat dech sekarang, Jepang dengan segala kemajuannya, Jepang dengan segala teknologi-teknologi mutakhirnya. Itu semua adalah hasil dari ketekunan mereka belajar, itu adalah hasil dari tekad ‘mau belajar’ mereka.
Belajar bukan berarti hanya mencari ilmu. Tapi, belajar adalah keinginan untuk terus menerus memperbaiki apa yang telah kita punya. Kalau kita sadar untuk apa sebenarnya kita belajar, sebenarnya kita belajar ini adalah salah satu usaha untuk membangun bangsa. Lanjutkan perjuangan para pahlawan, para proklamator, bukan hanya ikutan acara 17 Agustusan.
Pasang cita-cita tinggi, ‘aku mau belajar karena nanti aku yang akan ngerubah sistem perekonomian’, atau ‘aku besok mau jadi menteri pendidikan biar sistem pendidikan lebih teratur’, atau ‘aku mau jadi presiden biar semua rakyatku nanti hidupnya makmur’ atau yang lebih kerennya lagi ‘aku mau buat bangga bangsaku, aku mau jadi salah satu tokoh yang berpengaruh dalam pembangunan Negara ini.’
Siapa tahu, nanti Indonesia akan menjadi bangsa yang maju, bangsa yang bermartabat, bangsa yang menjadi negara adidaya. Ingat ya, Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa kalau bangsa itu tidak berusaha untuk merubahnya. Maka dari itu, yuk dari sekarang kita belajar, bergerak (total action)untuk bangsa kita ini.
Mari kita pasang target “10 tahun lagi aku akan melihat bangsaku sebagai bangsa yang bermartabat, bangsa yang menjadi panutan bangsa lain, dan aku akan adalah dalam perubahan itu. Perjuangan yang mengubah bangsa yang kelam menjadi bangsa yang terang.”
Nikmatnya dekat sama Allah
Poin-poin diatas sebenarnya adalah tujuan-tujuan yang bisa hilang atau tujuan yang semu. Bisa jadi, nilai atau prestasi dapat menurun, bisa jadi orangtuamu meninggal tanpa belum sempat menyaksikan segala prestasimu.
Contoh-contoh diatas adalah contoh physical happiness (membentuk pola pikir, mendapatkan prestasi), emotional happiness (merasa bangga, membuat orang lain bangga) adalah kebahagiaan yang bisa hilang sewaktu-waktu. Tahukah kebahagiaan yang tak pernah hilang? Kebahagiaan yang terus setia menjadi penyemangat kita setiap saat, yang tak pernah melupakan kita. Inilah yang sering dilupakan sebagai seorang manusia.
Ada sebuah kebahagiaan yang abadi yang sering dinomor duakan. Sebenarnya ada sebuah dorongan hati yang menggerakkan kita belajar. Dorongan hati yang berasal dari nama-nama Allah yang bersifat mulia, Asmaul Husna yaitu Ar-Rasyid Yang Maha Cerdas. Dorongan hati inilah yang ditiupkan oleh Allah agar kita mempunyai dorongan untuk belajar sekecil apapun. Ketika kita belajar, ingatlah, ketika itu kita sedang mendekatkan diri kepada Allah Ar-Rasyid, ketika sedang belajar matematika, akuntansi, fisika sebenarnya ketika itu kita sedang mendekat kepada Allah Al-Muhsyi Yang Maha Menghitung.
Kenapa berdekat-dekatan? Karena ketika itu kita sedang menjadi wakil Allah Ar-Rasyid Yang Maha Cerdas, karena Ar-Rasyid adalah salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh Allah dalam Asmaaul Husna. Terasa ringan kalau kita belajar dengan niat untuk mendekat kepada Allah dan semuanya terasa mudah.
Biar tidak bosan dengan guru yang mengajar di depan kelas, pasang niat kita sedang mendekat kepada Allah As-Samii (Yang Maha Mendengar) dan Al-Bashir (Yang Maha Melihat). Bukankah kita senang apabila kita berbicara ada yang meperhatikan?
Berarti, ketika kita belajar, kita sedang mendekat kepada Allah yang Menciptakan kita, penggenggam jiwa kita dan untuk mencegah rasa capek atau lelah belajar, jadikanlah ini salah satu bentuk pengabdian kita kepada Allah yang akan dibalas dengan surgaNya Allah. Kalau kita gagal, bangkit lagi. Mau kata itu jatuh, jalannya keseret-seret, bangkit lagi, berdiri lagi. Allah lihat semua usaha yang kita lakukan, Allah lihat kerasnya kita berusaha, Allah tahu setiap peluh yang kita cucurkan, Allah tahu tetes air mata kita yang mengalir. Inilah alasan terpenting kenapa kita harus belajar.
Ketika prestasi hilang, ketika kesuksesan tidak memberikan suatu arti apa-apa, dan semuanya membuat kita tidak bahagia, Allah-lah yang selalu ada untuk kita dan semua yang telah kita lakukan karena Allah, semua yang kita korbankan ketika belajar dengan niat untuk mendekat kepada Allah, akan terbalas setimpal dengan surgaNya Allah. Disanalah kita akan bertemu dengan Allah yang Menciptakan kita. Ingatlah Allah ketika dalam keadaan kita senang, maka Allah akan mengingat kita ketika kita dalam keadaan susah.
Itulah beberapa alasan mengapa kita harus belajar. Bukan sekedar nilai atau angka di kertas ujian yang kita kejar, tapi pola pikir yang benar yang harus kita kejar, membuat senang hati orang-orang yang ada di sekitar yang kita inginkan. Membangun bangsa Indonesia yang kita impikan untuk menjadi bangsa yang bermartabat, dan yang paling penting belajar adalah salah satu bentuk pengabdian kita kepada Allah.
Belajar adalah sebuah kenikmatan tersendiri karena di sanalah kita sedang berdekat-dekatan kepada Ar-RAsyid, As-Samii’, Al-Bashir, yang menciptakan kita semua. Belajar adalah salah satu jembatan untuk sampai ke surgaNya Allah. Pun ketika kita capek, itu adalah hal yang lumrah. Tapi ingat, kita masih harus terus melompat walaupun jatuh berulang-ulang kali, walaupun berjalan dengan terseok-seok, walaupun banyak yang mencibir usaha-usaha kita.
Tahu kan sekarang kenapa kita harus belajar? Yuk, dekat-dekat kepada Allah Ar-Rasyid untuk bangun bangsa ini, untuk buat orang-orang di sekelilingmu tersenyum senang, dan untuk bekal tabungan di sebuah keabadian nanti.
Catatan Redaksi
Motivasi Diri kali ini menyimak tulisan Noor Isma Rosanti Hartoyo,
Ia adalah Alumni Teens ESQ Angkatan I, Asal Cilacap
Ia adalah salah satu kontributor di esq165-news.com
http://penulis165.esq-news.com/info-tips/2011/02/10/belajar-yuk.html
Ia adalah salah satu kontributor di esq165-news.com
http://penulis165.esq-news.com/info-tips/2011/02/10/belajar-yuk.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar