Cerpen
“Love You, Love Her, and Love Him”
Dimulai
dari asrama cowok yang begitu tenang..
"Huaft...,"
Isaki menguap lebar sekali.
"Tutup
mulutmu. Menjijikkan," Kiaku yang akan mandi langsung menatap Isaki tajam.
"Jangan
menatapku seperti itu," Isaki mengibaskan tangannya.
Kiaku
memasuki kamar mandi seolah tak menghiraukan perkataan Isaki.
"Hzz..
Lelaki menyedihkan," desah Isaki.
XxXxXxX
Asrama
cowok yang dinamakan asrama Soka merupakan salah satu asrama populer di Kota
Tokyo. Banyak siswa yang berebut untuk tinggal dan bersekolah di asrama
tersebut.
Asrama
Soka sangat megah dengan taman yang cukup luas. Fasilitasnya sangat memadai dan
juga berhasil menjuarai berbagai lomba. Kualitas pendidikannya telah menyebar
ke seluruh negeri hingga banyak anak negeri ini berlomba untuk dapat bersekolah
di sana.
XxXxXxX
"Hei,
Kiaku!!" Isaki mengejar Kiaku yang sedang berjalan menuju SMA Soka.
Rambut
jabrik Isaki tak karuan karena belum disisir. Pakaiannya tidak rapi dan keluar
dari celananya. Hampir tiap hari ia berpenampilan seperti itu, seperti
berandalan. Isaki mempunyai tinggi 177 cm dengan badan tegap dan berotot.
Rambutnya hitam jabrik dan tidak tertata. Bisa dibilang Isaki keren. Sangat
keren malah. Sikapnya yang agak cuek membuatnya populer di kalangan gadis-gadis
(Tapi di SMA Soka tidak ada wanita). Pacarnya bernama Orie yang tinggal di Kota
Osaka.
Kiaku
berpenampilan sangat rapi dengan dasi di seragamnya. Kiaku bertubuh pendek
dengan tinggi sekitar 157 cm. Rambutnya hitam cepak dan selalu terlihat rapi.
Kacamata besar selalu berada di matanya. Orangnya cuek, pendiam, dan dipanggil
'banci' oleh teman-temannya. Yah, itu dikarenakan ia tidak bisa olahraga dan
bela diri. Mungkin hanya Isaki yang bisa menerima keadaannya, menerima dirinya
apa adanya.
Mereka
berdua memasuki gerbang SMA Soka.
"Hei
Kiaku, hari ini kita renang," kata Isaki.
Kiaku
terus berjalan tanpa memedulikan Isaki.
"Kau
akan renang, kan? Kalau kau tidak bisa berenang, aku akan mengajarimu,"
ujar Isaki lagi.
Kiaku
tidak menjawab sepatah katapun. Tatapannya lurus menelusuri jalan.
"Hei!!"
Isaki berdiri di depan Kiaku. Ia sudah muak dengan sikap Kiaku. "Kita
sudah satu kamar, satu kelas, satu asrama, dan satu sekolah hampir 2 tahun! Apa
kau akan terus memerlakukanku seperti ini??" Isaki menatap lurus mata
Kiaku.
Kiaku
menatap malas dan menghela nafas.
"Apa
sudah selesai? Aku malas berdebat denganmu," Kiaku melewati Isaki dan
menuju kelas mereka, kelas 2-2.
Jam
pelajaran olahraga dimulai. Seperti yang kita ketahui, pelajaran kali ini adalah
berenang.
"Apa
semua siswa hadir?" tanya Kenki-sensei.
"Kiaku
tidak ada, Pak!" jawab Iryu. Lelaki berkacamata ketua kelas 2-2.
"Tak
perlu memedulikannya! Selain dia apa ada lagi?"
"Isaki...
Tiba-tiba ia menghilang," kata Iryu sambil mencari sosok Isaki.
"Baiklah.
Hari ini kalian bebas. Silakan berenang sesuka hati kalian."
"Horee...!!"
semua cowok langsung mencebur ke kolam renang.
Sementara
itu di atap sekolah..
"Hah..
Sudah kuduga kau ada di sini. Kali ini apa alasanmu tidak ikut pelajaran?"
Isaki berdiri di samping Kiaku yang bersandar di pagar yang mengelilingi atap
SMA Soka.
"Untuk
apa kau menyusulku?" tanya Kiaku, "Kau tidak renang?"
"Aku
hanya ingin tahu apa yang kau lakukan disini," Isaki tersenyum,
"ternyata cuma berdiam diri saja."
"Itu
bukan urusanmu," Kiaku menyipitkan matanya.
"Aku
pikir ini bukan urusanku," Isaki tersenyum lagi seolah mengejek Kiaku.
"Kenapa
kau selalu mengganggu hidupku?" perkataan Kiaku tambah ketus.
"Aku
tidak mengganggumu. Apa kau merasa seperti itu?"
"Aku
sangat terganggu. Kenapa kau tidak mendekati lelaki lain saja?"
"Haha!
Kau kira aku itu apa?? Guy?? Aku mendekatimu karna kau itu cowok yang selalu
membuatku penasaran. Kau terlalu misterius. Dan lagi... aku ingin
mengenalmu."
Sedetik
mata Kiaku terbelalak. Kata-kata Isaki barusan seakan membuat hatinya tergerak.
"Kau
tahu, pada perpisahan sekolah nanti, adik Byaki-sensei mau kemari. Dia cewek
hlo.. Yah, buat cuci mata. Di sini kan guru dan muridnya cowok semua..,"
kata Isaki.
"Lalu,
hubungannya denganku?" tanya Kiaku seolah tak peduli.
"Adik
Pak Byaki itu dari Spain, orangnya cantik banget! Mm.. Itu sih kata
orang-orang. Dia juga seumuran sama kita. Tapi, perpisahan sekolah nanti kau
kembali ke Osaka, ya? Sayang sekali..," Isaki geleng-geleng.
"Apa
untungnya aku melihat Adik Byaki-sensei?" Kiaku berbalik menuruni atap
karna bel pergantian pelajaran berbunyi.
XxXxXxX
Di
kamar bernomor 17..
Isaki
memasuki kamar dan langsung ambruk di kasur.
"Kenki-sensei
hari ini lebih killer dari kemarin!" kata Isaki dengan nafas
terengah-engah.
Kiaku
tak memedulikannya, ia malah asyik membaca majalah olahraga.
"Kau
tidak bisa olahraga malah suka membaca majalahnya. Apa itu tidak aneh?"
Kiaku
tidak menanggapi perkataan Isaki.
"Uh..!"
saking sebelnya, Isaki melempar bantal tepat di kepala Kiaku.
"Apa-apaan
kau itu?!" Kiaku kembali melempar bantal Isaki.
Isaki
menangkap bantal tersebut. "Mau perang bantal?" tanya Isaki.
"Tidak,"
jawab Kiaku masih terus mengamati majalah yang dibacanya.
"Ayolah..,"
Isaki melempar bantal tepat di kepala Kiaku dengan kekuatan ekstra.
"Sialan
kau!" Kiaku menutup majalahnya dan berjalan menuju Isaki.
Buk!
Kiaku
memukul kepala Isaki dengan bantal.
"Hahaha..!
Ayo kita perang bantal!"
Isaki
melempari Kiaku dengan bantal dan Kiaku membalasnya. Melempar dan dilempar.
Membalas dan dibalas. Sungguh seperti adik dan kakak.
"Hahahaha..,"
tawa pecah diantara mereka berdua.
Kiaku
melepas kacamatanya karena air matanya terus keluar karna terlalu banyak
tertawa.
Mereka
terus tertawa hingga waktu menunjukkan pukul 21.00.
"Tumben
kau tertawa sekeras ini," kata Isaki.
"Kau
curang! Kau menggelitikiku," Kiaku merebahkan tubuhnya di kasur.
"Tertawamu
lucu juga," Isaki terkekeh.
Firasat
Kiaku langsung tidak enak.
"Seperti...
Seperti anak perempuan," tambah Isaki.
Kiaku
langsung menutup wajahnya dengan tangannya.
"Hei,
Kiaku," panggil Isaki.
Kiaku
membuka matanya. Wajah Isaki berada tepat di depan wajahnya hingga menyebabkan
wajah Kiaku memerah.
"Jadi
rumor itu benar, kau..."
Perasaan
Kiaku tak karuan.
"Kau
banci? Eh, maaf, maaf Kiaku, maaf," Isaki menjauhkan dirinya dari Kiaku
dengan perasaan bersalah.
Kiaku
mengambil selimut dan menutup seluruh tubuhnya.
"Eh,
Kiaku," belum sempat Isaki minta maaf, teleponnya berdering.
"Halo?"
"Apa
kabar, Isaki?" suara Orie diujung telepon.
"Baik,
sayang. Kau juga baik, kan?"
"Aku
selalu baik-baik saja. Suaramu agak bergetar, apa kau sakit?" suara Orie
sedikit khawatir.
"Tidak.
Aku..habis bertengkar dengan Kiaku."
"Kiaku?
Teman sekamarmu itu?"
"Benar."
"Kau
sudah minta maaf?"
"Aku
rasa...kesalahanku sangat sulit untuk dimaafkan," Isaki menundukkan
kepalanya.
"Isaki,
kau tak perlu bersedih. Aku memang tidak tahu masalahnya, tapi aku bisa
merasakan kalau kau merasa sangat bersalah. Kiaku pasti mengerti kalau kau
benar-benar merasa bersalah dan ingin minta maaf."
"Thanks,
Orie," Isaki tersenyum.
"You're
welcome."
"Ada
apa kau meneleponku?"
"Hem?"
Orie sedikit kaget. "Oh.. Aku hampir lupa. Isaki, aku merindukanmu. Apa
kau di sana terlalu sibuk?"
"Hahaha...
Jangan sedih begitu, Orie. Aku juga merindukanmu, tapi kegiatanku juga sangat
banyak. Maaf ya, aku tidak bisa menjadi pacar yang baik."
"Tidak!
Bagiku, kau sangat baik! Aku sangat bahagia punya pacar sepertimu."
"Terima
kasih, Orie."
"Apa
liburan nanti kau akan pulang ke Osaka?"
"Mm..."
"Mm?"
"Aku
tidak bisa. Maaf. Aku ada pertandingan basket. Aku harus berlatih."
"Aku
pasti akan mendukungmu!"
"Maaf,
Orie."
"Tidak
masalah. Semangat ya, Isaki. Mm.. Sudah ya, aku harus tidur. Good night."
"Have
a nice dream.."
Isaki
menutup ponselnya dan berbaring di kasur. Ditatapnya Kiaku yang mungkin sedang
tertidur pulas. "Maaf."
Isaki
melihat foto berbingkai yang terletak di mejanya. Disitu adalah dirinya dan
perempuan berambut hitam panjang. Ia sangat cantik dengan senyum menawan.
Tingginya setara dengan hidung Isaki. Perempuan itu adalah Orie. Perempuan
cantik dengan sikap lembut, polos, dan ceria.
XxXxXxX
"Kau
mau pulang? Besok perpisahan sekolah hlo.. Adik Pak Byaki mau kemari,"
kata Isaki melihat Kiaku telah siap untuk pulang ke Osaka. Tas hitam besar
menggantung di punggungnya.
"Itu
bukan urusanku," Kiaku tersenyum, "Isaki, maaf selama dua tahun ini
aku selalu menyusahkanmu. Jika kau kembali ke Osaka, kenalkan aku pada Orie ya.
Terima kasih untuk semuanya," Kiaku melambaikan tangannya.
"Hati-hati,
bro!"
Mereka
sudah melupakan masalah mereka dulu.
XxXxXxX
Perpisahan
sekolah dimulai. Isaki agak kesepian karna biasanya ia selalu bersama Kiaku.
Kiaku, kau sudah sampai di Osaka?
Tiba-tiba
Iryu berlari ke arahnya.
"Hei
Isaki, kau bisa bantu aku? Aku diserang," kata Iryu dengan nafas
terengah-engah.
"Diserang?"
"Aku
diserang Kak Renai dan genknya."
"Bagaimana
bisa begitu?" alis Isaki bertaut.
"Mereka
merusak lokerku karna itu aku juga merusak loker mereka. Kita taruhan, jika aku
kalah, loker kelas 2-2 akan dirusak semua!"
"Kau
yang bodoh. Kesalahanmu kau libatkan pada satu kelas."
"Bodoh
gimana? Jika kita menang, mereka akan jadi pelayan kelas kita selama tiga
hari."
"Lapor
guru saja."
"Lapor
guru? Gila kau! Ayo, bantu aku menyelamatkan kelas kita. Kau kan pintar
berkelahi."
"Tidak,
aku sedang tidak mood."
"Jangan-jangan
kau ketularan Kiaku lagi! Kau masih normal kan?"
"Hei,
Kiaku itu normal. Hm... Baiklah, aku akan membantumu."
Isaki
dan Iryu menuju taman sekolah di mana seorangpun tak dapat melihat perkelahian
mereka.
"Jadi
cuma kalian berdua ya?" tanya Renai, lelaki kekar dan berotot.
"Yupz!
Apa kalian takut dengan kita yang cuma berdua?" tantang Iryu.
"Mau
mulai sekarang?"
Mereka
berkelahi dengan tangan hampa. 2 lawan 5, benar-benar lawan yang tidak
seimbang.
Isaki
tersungkur di tanah. Ia terluka cukup parah. Darah segar mengalir dari sudut
bibirnya. Iryu terluka lebih parah. Bahkan ia tak sadarkan diri. Renai dan
genknya hanya terluka sedikit. Isaki merasa tak bisa melawan Renai and the
genk. Isaki mencoba berdiri walau kakinya terasa ngilu sambil berharap ada guru
yang datang menyelamatkannya. Tapi rasanya tidak mungkin, guru-guru pasti
sedang nonton opera perpisahan sekolah.
"Loe
masih mau ngelawan kami ha?" Renai menginjak kepala Isaki.
"Hentikan!!"
teriak seorang gadis.
Renai
langsung menghentikan injakannya dan menoleh ke arah gadis tersebut. Bukan cuma
Renai, Isaki dan genk Renai langsung menatap gadis tersebut dengan tatapan
terpesona.
Gadis
itu cukup tinggi dengan sepatu high heels sekitar 10 cm, wajahnya cukup cantik,
rambutnya sebahu, ia mengenakan gaun selutut warna biru.
"Ada
apa, Nona?" tanya Renai dengan senyum memikat.
"Lepaskan
dia! Apa cowok di SMA Soka seperti ini? Suka berkelahi?!" bentak gadis
tersebut dengan tatapan tajam.
"Hei
hei, kenapa kau membelanya?" Renai mendekati gadis tersebut,
"Sepertinya aku mengenalmu, kau adik Byaki-sensei kan? Kau cantik juga,
sepertinya kau lebih killer dari kakakmu," Renai menyentuh dagu gadis
tersebut tapi segera ditangkis oleh tangan gadis itu. "Hei hei, tidak
perlu sekasar itu."
Buk!
Gadis
itu memukul perut Renai hingga ia pingsan tak sadarkan diri.
"Kalian
juga mau bernasib sepertinya?" tanya gadis itu dengan menunjukkan
tinjunya.
"Ti-tidak..,"
genk Renai melarikan diri sambil menggendong Renai yang sedang pingsan.
"Kau
tidak papa??" gadis itu membantu Isaki berdiri.
"Thanks.
Kau adik Byaki-sensei??" tanya Isaki.
"Ah,
benar. Namaku Ruki. Kalau kau?"
"Isaki,"
mereka berdua berjabat tangan. "Mm.. Kita bawa Iryu ke UKS. Dia tidak
sadarkan diri."
"O-oh
ya-ya!" Ruki seperti orang linglung.
Mereka
membopong Iryu ke UKS.
"Bagaimana
kau bisa bertengkar dengan mereka?" tanya Ruki.
"Ceritanya
panjang. Mungkin tidak ada hubungannya denganmu. Oh ya, kau bisa bela
diri?"
"Hm.
Tentu saja! Urusan hajar menghajar aku pasti bisa!" Ruki menunjukkan
tinjunya.
Isaki
hanya tersenyum. Entah kenapa Ruki mengingatkannya pada seseorang. Tapi siapa??
"Kau
ke sini mau bertemu Kakakmu??"
"Benar.
Aku mau bernyanyi di acara perpisahan sekolah. Lagipula aku sudah lama tidak
bertemu Kakak."
"Oh
ya, kau kan tinggal di Spain? Pasti menyenangkan sekali tinggal di sana."
"Menyenangkan?
Bagi sebagian orang mungkin menyenangkan, tapi bagiku lebih mengasyikkan
tinggal di Jepang," Ruki tersenyum kecut.
"Penampilanmu
tidak seperti sifatmu," Isaki mengamati Riku dari atas hingga bawah.
"Hahaha!
Aku itu tomboy, karna aku harus tampil anggun, aku pakai pakaian kayak gini
deh!" Ruki tertawa pelan.
"Oh
ya, Byaki-sensei ada di belakang panggung. Kau mau ke sana??"
"Ayo!"
"Kita
tinggal Iryu di sini. Biar dia bisa istirahat."
Mereka
berdua berjalan menuju belakang panggung.
"Kakaaakk..,"
Ruki langsung memeluk Byaki-sensei.
"Kau
sudah sampai?" tanya Byaki-sensei.
"Iya,
aku diantar Isaki."
Byaki-sensei
menoleh ke arah Isaki yang sedang cengengesan sambil garuk-garuk kepala.
"Cepat siap-siap. 15 menit lagi kau akan tampil."
Ruki
mengangguk. Byaki-sensei kembali menuju bangku penonton. Isaki menghampiri
Ruki.
"Kakakmu
masih terlihat killer ya, walaupun berbicara denganmu," kata Isaki sedikit
merinding.
"Kalau
tidak begitu, berarti dia bukan Kakakku," Ruki menepuk punggung Isaki.
"Inilah
dia, moment yang paling kita tunggu, penampilan dari adik Byaki-sensei,
Ruki," kata pembawa acara.
Semua
penonton yang semuanya berkaum adam bertepuk tangan sambil "sit
suit"!
"Pada
kesempatan kali ini saya akan menyanyikan lagu berjudul Goodbye Days yang
dipopulerkan oleh Yui untuk seseorang yang pertama kali saja jumpai di SMA Soka
dan juga untuk kakak kelas yang telah lulus. Semoga kalian menjadi kebanggaan
SMA Soka!"
Dakara
ima ai ni yuku toki metanda
Poketto
no kono kyo kuwo kimi ni watasu
Oh
goodbye days ima kawaru kiga suru
Kinou
made ni so long
Kaku
yoku nai yasashisa ni aete yoka tayo
La la
la goodbye days...
Um..
Hum..
"Terima
kasih," Ruki membungkukkan badannya dan menghilang ditelan tirai panggung
diselingi suara tepuk tangan yang sangat meriah.
"Bagus!"
Isaki langsung menghampirinya begitu Ruki turun dari atas panggung.
"Gracias,"
Ruki tersenyum lebar.
"Ruki,"
panggil Byaki-sensei.
"Bentar,
ya!" Ruki menghampiri Byaki-sensei.
Ruki
dan Byaki-sensei bercakap-cakap dan berjalan menjauhi Isaki.
Hari
sudah sore, dari tadi ia tidak melihat Ruki. Ia bertemu Byaki-sensei tapi tidak
ada Ruki di sampingnya. Akhirnya ia memberanikan diri bertanya pada
Byaki-sensei.
"Sensei!"
teriak Isaki sambil menghampiri Byaki-sensei.
"Ada
apa?" Byaki-sensei mengeluarkan sikap dinginnya.
"Saya
mau tanya, di mana Ruki?"
"Kau
mencari adikku?"
"Bu-bukan
begitu, Ruki tiba-tiba menghilang setelah bersamamu."
"Ruki
telah kembali ke Spanyol."
"Dia
sudah pulang?!" mata Isaki melebar.
"Ruki
kemari hanya untuk bernyanyi. Dia sangat sibuk," Byaki-sensei meninggalkan
Isaki yang masih tak percaya tentang kepulangan Ruki ke Spanyol.
XxXxXxX
Kiaku
memasuki kamar dengan wajah ditekuk. Tas hitam dan tas-tas kecil di tangannya
ia lemparkan di kasur.
"Hei,
sudah pulang?" tanya Isaki dengan majalah olahraga di tangannya.
"Aku
bawakan dorayaki. Untukmu kuberi lebih banyak," Kiaku menyodorkan satu
kardus dorayaki.
"Hm...
Thanks," Isaki langsung merebut kardus tersebut dan memakan dorayakinya.
"Bagaimana
liburanmu? Menyenangkan?" tanya Isaki.
"Mm..
Lebih menyenangkan dari liburan kemarin."
"Baguslah!
Liburanku di sini jauh lebih menyenangkan. Kau tahu, adik Byaki-sensei
membuatku tertarik. Ia tidak begitu cantik sih, dibanding dengan Orie jauh
lebih cantik Orie. Tapi ada sesuatu darinya yang membuatku terus
memikirkannya."
"Oh.."
"Jangan
cuma berkata 'oh'! Jika sampai aku mencintai Ruki, Orie bagaimana?"
"Jadi
adik Byaki-sensei bernama Ruki?"
"Ya.Tapi
sayang, aku tidak dapat nomor ponselnya."
"Oh.."
"Besok
masuk sekolah," Isaki menghela nafas.
"Kita
mengawali hari baru menjadi anak kelas 3," Kiaku tersenyum samar.
"Perpisahan
nanti, Ruki datang lagi tidak ya?"
"Minta
Byakuya-sensei untuk mendatangkannya," Kiaku mengeluarkan pakaian dari
tasnya dan memasukkannya ke almari.
"Kau
gila?! Minta Byaki-sensei? Sebelum minta aku udah tinggal nisan," Isaki
menatap ngeri.
"Hahaha..!
Byaki-sensei tidak separah itu," Kiaku tertawa terbahak-bahak.
"Kau
berubah sejak pulang ke Osaka," Isaki menatap dengan curiga.
"Aku
sudah memutuskan untuk mengubah diriku," Kiaku tersenyum simpul.
"Baguslah!
Ayo besok kita renang!"
"Re-renang?!
Tidak! Aku takut! Jangan mengajakku melakukan hal yang tidak ku sukai!"
"Katanya
kau mau berubah!"
"Ta-tapi
harus dengan proses, pertama-tama ajari aku olahraga, ah tidak, ajari aku bela
diri!"
"Baiklah.
Sekarang?"
"Aku
masih lelah. Besok saja."
"Oke!!"
XxXxXxX
Sepulang
sekolah, Kiaku belajar bela diri dengan Ichigo di kamar mereka. Kiaku agak kaku
melakukan gerakan bela diri. Tapi dengan berlatih, ia yakin ia pasti bisa!
Kelas 3
merupakan kelas yang sangat sibuk. Mereka harus menyiapkan diri untuk menempuh
ujian nasional. Tiap hari siswa kelas 3 terus diberi tambahan pelajaran. Tapi,
di kelas 3 ini, Kiaku terasa berbeda. Ia tidak pendiam lagi, sering tertawa,
bisa bersosialisasi, dan nilai olahraganya cukup membaik. Ia terasa lebih
tampan dibanding dulu. Ia juga tambah dekat dengan Isaki. Dan... Isaki merasa
punya perasaan khusus padanya. Perasaan khusus?
XxXxXxX
Akhir-akhir
ini Isaki selalu merasa aneh jika melihat Kiaku. Hatinya terasa tergerak. Dan
juga ia selalu salah tingkah. Apa yang terjadi padanya?? Apa dia sudah tidak
normal??
XxXxXxX
Kiaku
keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Isaki
terus mengamatinya, Kiaku dengan rambut basah begitu...cantik? Isaki
mengalihkan perhatiannya ke buku karna Kiaku menatapnya dengan pandangan heran.
"Kenapa
tadi melihatku seperti itu?" tanya Kiaku.
"Ti-tidak
papa. Kau sedikit berbeda tidak memakai kacamata," jawab Isaki sedikit
gugup.
XxXxXxX
Ujian nasional
telah berakhir. Para siswa sangat lega karna beban yang selama ini ditanggung
telah hilang setelah bel ujian nasional hari terakhir berdentang.
Para
penghuni asrama Soka dibolehkan pulang dan wajib datang pada perpisahan sekolah
yang akan diadakan 2 minggu lagi sekaligus pengumuman hasil ujian nasional.
Seminggu
sebelum perpisahan sekolah, Isaki hendak break dengan Orie. Ia tak tahu
alasannya. Mungkin otaknya sudah tidak wajar atau kurang waras karna sepertinya
ia mulai menyukai Kiaku. Mungkin Orie tidak percaya alasannya itu, tapi ia
yakin, Orie pasti merelakannya. Yah, dia sangat tahu sifat Orie.
XxXxXxX
Sehari
sebelum perpisahan sekolah, Kiaku sibuk memasukkan barang-barangnya ke koper.
Seperti biasa, Kiaku tidak pernah ikut perpisahan sekolah.
"Hei
Kiaku, apa kau serius tidak ikut perpisahan ha??" tanya Isaki.
"Biasanya
juga begitu," jawab Kiaku sedikit cuek.
"Apa
kau tidak ingin tahu hasil ujian nasionalnya?" tanya Isaki sedikit
membentak.
"Akan
kuambil minggu depan. Aku harus kembali ke Osaka."
"Apa
menurutmu hasil ujiannya tidak penting? Kita belajar bersama, olahraga bersama,
belada diri bersama, mengapa tak bisa mengambil hasil ujian bersama?!"
bentak Isaki.
Perkataan
Isaki membuat Kiaku terpaku di tempatnya.
"Terserah
kau sajalah. Biar jika aku berhasil aku tertawa sendirian," ucap Isaki
pasrah.
"Kan
masih ada teman-teman, apa kau tak pernah menganggap mereka temanmu?"
"Kita,
teman satu kelas, teman satu sekolah adalah keluarga. Senang bersama, sedih
bersama. Kenapa kau malah pergi? Egois sekali!" bentak Isaki lagi.
Kiaku
tak bisa membantah perkataan Isaki.
"Maaf,
Isaki. Aku harus pergi," Kiaku menggeret kopernya keluar dari kamar. Ia
terus berjalan, eh bukan ia malah berlari karna tahu Isaki mengejarnya.
Sesampainya
di gerbang sekolah, Isaki berhasil memegang tangan Kiaku.
Kiaku
tak berkutik di tempatnya.
"Kenapa?
Kau biasanya tidak melarangku pulang, tapi kenapa sekarang kau malah
melarangku?!" bentak Kiaku.
"Maaf.
Sepertinya secara tidak sadar aku menyukaimu," ucap Isaki.
Kiaku
tak tahu harus berkata apa. Otaknya tak bisa mencerna kata-kata Isaki.
Tapi
beberapa saat kemudian Kiaku tersenyum.
"Isaki,
aku masih normal. Dan aku yakin kau pasti juga masih normal," Kiaku
tersenyum dan pergi meninggalkan Isaki yang masih tak bisa berkata apa-apa.
XxXxXxX
Perpisahan
sekolah dimulai. Isaki duduk di bangku penonton dengan wajah murung. Acarapun
dimulai. Acara kali ini sangat meriah dengan dihadiri beberapa orang tua murid.
Ayah Isaki tidak bisa datang karena harus bekerja. Isaki tak kecewa akan hal
itu. Yang ia kecewakan adalah tidak ada Kiaku di sisinya.
Pengumuman
hasil ujian nasional telah disampaikan. Ternyata Kiaku mendapat nilai terbaik
dalam ujian tahun ini. Tapi yang disayangkan, sang pemenang malah tidak datang.
Acara
ditutup dengan nyanyian dari adik Byaki-sensei, Ruki. Isaki kaget sekali. Kok
bisa ada Ruki?
Ruki
cantik sekali. Gaun ungu dan pantofel tanpa hak menunjukkan kalau dia sangat
pendek, softlensa ungu dan juga cepit biru di rambutnya. Isaki sampai terpana melihatnya.
Bukan hanya terpana, hatinya selalu bergetar saat melihat Ruki. Apa ia menyukai
Ruki? Bagaimana dengan Kiaku?
"Lagu
ini kupersembahkan untuk seseorang yang telah menyatakan perasaannya padaku,
Isaki."
Isaki
langsung terkejut setelah Ruki menyebut namanya.
Asa no
hoomu de denwa mo shitemita
Demo
nanka chigau ki ga shita
Furui
gitaa wo hitotsu motte kita
Shashin
wa zenbu oitekita
Nanika
wo tebanashite soshite te ni ireru
Sonna
kurikaeshi ka na??
"Isaki,
terima kasih telah mengubah hidupku dan mau menerimaku apa adanya. Mungkin kau
tidak tahu siapa aku. Aku akan memberimu jawaban. Aku juga menyukaimu. Bukan
hanya menyukai, aku sangat mencintaimu."
Seluruh
penonton langsung bertepuk tangan. Isaki masih tak mengerti maksud perkataan
Ruki. Mungkin hatinya sudah emosi karna Ruki mengatakan hal yang tidak benar
tentang dirinya. Dengan perasaan marah Isaki langsung menuju ke atas panggung.
"Apa
maksudmu?! Kenapa kau berbohong ha? Aku tidak pernah menyatakan perasaanku
padamu! Jangan kira kau sudah menyelamatkanku kau bisa seenaknya ya!"
Isaki menggoyangkan bahu Kiaku.
"Maaf
Isaki, maaf semuanya, aku menyembunyikan ini dari kalian. Karna aku sudah
lulus, aku ingin mengakuinya. Sebenarnya aku...," Ruki melepas rambutnya
atau bisa dibilang rambut palsunya. Terlihat rambutnya yang hitam cepak. Isaki
langsung sadar kalau dia...
"Kiaku?!"
Isaki seolah tak percaya. Kiaku terlihat sangat cantik. "Kenapa kau
menyamar menjadi perempuan?"
"Aku
bukannya menyamar menjadi perempuan, aku menyamar jadi laki-laki," Kiaku
menjelaskan dengan lancar.
"Maksudmu?"
"Aku
perempuan!! Itu sebabnya aku tidak mau berenang."
"Kau?
Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membohongi kami semua ha? Kau kira karna
kau adik Byaki-sensei kau bisa seenaknya?! Menyamar jadi laki-laki dan-"
Ruki
menyetop ocehan Isaki dengan satu jarinya di bibir Isaki. Otomatis Isaki
langsung berhenti mengoceh.
"Maaf,
aku minta padamu dan semuanya. Aku tahu ini melanggar peraturan dan aku harus
dikeluarkan dari sekolah. Tapi, apa tidak boleh seorang adik mematuhi perintah
kakaknya?"
"Maksudmu?"
"Kak
Byaki sangat overproctive, beliau tak ingin aku tinggal sendiri di Osaka.
Kalian harus mengerti itu!!" Ruki memandang Byaki di bangku penonton.
"Ah!
Aku tidak mengerti pikiran kakak beradik ini!"
"Kau
tidak perlu mengerti. Aku dan Kak Byaki akan pindah ke Spanyol. Aku akan kuliah
di sana."
"Apa?!
Setelah membohongi kami semua kau pergi ke Spanyol?!"
Ruki
mengangguk.
"Kau!!"
Isaki geregetan dan memukul wajah Ruki. "Kau selalu seenaknya! Apa kau
tidak pernah mengerti perasaanku?!"
Ruki
tak membalas pukulan Isaki. Tapi ia menatapnya dengan mata yang siap
menumpahkan air mata.
"Maaf,"
Isaki memeluk Ruki erat sekali. "Maaf telah memukulmu. Aku hanya kesal
karna kau akan ke Spain."
Ruki
sulit bernafas. Tapi dari pelukan itu ia merasa kalau Isaki tak ingin
kehilangan dirinya.
"Hei
Isaki, apa karna aku bukan Kiaku kau jadi tidak menyukaiku?" tanya Ruki
dengan wajahpenuh harap.
Isaki
melepas pelukannya. "Entah aku menyukai Kiaku atau Ruki, tak peduli kau
cowok atau cewek, aku akan tetap menyukai seseorang di depanku ini."
Ruki
langsung memeluk Isaki. "Terima kasih. Thanks, Isaki. I love you."
Mereka
berdua berpelukan di atas panggung. Semua penonton langsung bertepuk tangan.
Byaki sangat terharu. Teman-teman Kiaku menyesal karna pernah mengejeknya
dengan sebutan banci padahal Ruki sangat hebat dalam bela diri dan olahraga.
Apalagi ternyata Ruki cantik dan Adik Byaki-sensei.
Akhirnya
Isaki dan Ruki terpaksa pacaran jarak jauh karna Ruki harus ke Spanyol untuk
mengejar cita-citanya.
Sebuah
kekurangan bukan untuk dimaki dan dicaci, tetapi untuk dilengkapi dan
disempurnakan. Karna kekurangan adalah kelebihan yang harus ditemukan. (A.N.K.12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar