Minggu, 04 Maret 2012

APA SAJALAH


Cerpen
“Love You, Love Her, and Love Him”

Dimulai dari asrama cowok yang begitu tenang..
"Huaft...," Isaki menguap lebar sekali.
"Tutup mulutmu. Menjijikkan," Kiaku yang akan mandi langsung menatap Isaki tajam.
"Jangan menatapku seperti itu," Isaki mengibaskan tangannya.
Kiaku memasuki kamar mandi seolah tak menghiraukan perkataan Isaki.
"Hzz.. Lelaki menyedihkan," desah Isaki.


XxXxXxX

Asrama cowok yang dinamakan asrama Soka merupakan salah satu asrama populer di Kota Tokyo. Banyak siswa yang berebut untuk tinggal dan bersekolah di asrama tersebut.

Asrama Soka sangat megah dengan taman yang cukup luas. Fasilitasnya sangat memadai dan juga berhasil menjuarai berbagai lomba. Kualitas pendidikannya telah menyebar ke seluruh negeri hingga banyak anak negeri ini berlomba untuk dapat bersekolah di sana.

XxXxXxX

"Hei, Kiaku!!" Isaki mengejar Kiaku yang sedang berjalan menuju SMA Soka.

Rambut jabrik Isaki tak karuan karena belum disisir. Pakaiannya tidak rapi dan keluar dari celananya. Hampir tiap hari ia berpenampilan seperti itu, seperti berandalan. Isaki mempunyai tinggi 177 cm dengan badan tegap dan berotot. Rambutnya hitam jabrik dan tidak tertata. Bisa dibilang Isaki keren. Sangat keren malah. Sikapnya yang agak cuek membuatnya populer di kalangan gadis-gadis (Tapi di SMA Soka tidak ada wanita). Pacarnya bernama Orie yang tinggal di Kota Osaka.

Kiaku berpenampilan sangat rapi dengan dasi di seragamnya. Kiaku bertubuh pendek dengan tinggi sekitar 157 cm. Rambutnya hitam cepak dan selalu terlihat rapi. Kacamata besar selalu berada di matanya. Orangnya cuek, pendiam, dan dipanggil 'banci' oleh teman-temannya. Yah, itu dikarenakan ia tidak bisa olahraga dan bela diri. Mungkin hanya Isaki yang bisa menerima keadaannya, menerima dirinya apa adanya.

Mereka berdua memasuki gerbang SMA Soka.

"Hei Kiaku, hari ini kita renang," kata Isaki.

Kiaku terus berjalan tanpa memedulikan Isaki.

"Kau akan renang, kan? Kalau kau tidak bisa berenang, aku akan mengajarimu," ujar Isaki lagi.

Kiaku tidak menjawab sepatah katapun. Tatapannya lurus menelusuri jalan.

"Hei!!" Isaki berdiri di depan Kiaku. Ia sudah muak dengan sikap Kiaku. "Kita sudah satu kamar, satu kelas, satu asrama, dan satu sekolah hampir 2 tahun! Apa kau akan terus memerlakukanku seperti ini??" Isaki menatap lurus mata Kiaku.

Kiaku menatap malas dan menghela nafas.
"Apa sudah selesai? Aku malas berdebat denganmu," Kiaku melewati Isaki dan menuju kelas mereka, kelas 2-2.

Jam pelajaran olahraga dimulai. Seperti yang kita ketahui, pelajaran kali ini adalah berenang.

"Apa semua siswa hadir?" tanya Kenki-sensei.

"Kiaku tidak ada, Pak!" jawab Iryu. Lelaki berkacamata ketua kelas 2-2.

"Tak perlu memedulikannya! Selain dia apa ada lagi?"

"Isaki... Tiba-tiba ia menghilang," kata Iryu sambil mencari sosok Isaki.

"Baiklah. Hari ini kalian bebas. Silakan berenang sesuka hati kalian."

"Horee...!!" semua cowok langsung mencebur ke kolam renang.
Sementara itu di atap sekolah..

"Hah.. Sudah kuduga kau ada di sini. Kali ini apa alasanmu tidak ikut pelajaran?" Isaki berdiri di samping Kiaku yang bersandar di pagar yang mengelilingi atap SMA Soka.

"Untuk apa kau menyusulku?" tanya Kiaku, "Kau tidak renang?"

"Aku hanya ingin tahu apa yang kau lakukan disini," Isaki tersenyum, "ternyata cuma berdiam diri saja."

"Itu bukan urusanmu," Kiaku menyipitkan matanya.

"Aku pikir ini bukan urusanku," Isaki tersenyum lagi seolah mengejek Kiaku.
"Kenapa kau selalu mengganggu hidupku?" perkataan Kiaku tambah ketus.

"Aku tidak mengganggumu. Apa kau merasa seperti itu?"

"Aku sangat terganggu. Kenapa kau tidak mendekati lelaki lain saja?"

"Haha! Kau kira aku itu apa?? Guy?? Aku mendekatimu karna kau itu cowok yang selalu membuatku penasaran. Kau terlalu misterius. Dan lagi... aku ingin mengenalmu."

Sedetik mata Kiaku terbelalak. Kata-kata Isaki barusan seakan membuat hatinya tergerak.

"Kau tahu, pada perpisahan sekolah nanti, adik Byaki-sensei mau kemari. Dia cewek hlo.. Yah, buat cuci mata. Di sini kan guru dan muridnya cowok semua..," kata Isaki.

"Lalu, hubungannya denganku?" tanya Kiaku seolah tak peduli.

"Adik Pak Byaki itu dari Spain, orangnya cantik banget! Mm.. Itu sih kata orang-orang. Dia juga seumuran sama kita. Tapi, perpisahan sekolah nanti kau kembali ke Osaka, ya? Sayang sekali..," Isaki geleng-geleng.
"Apa untungnya aku melihat Adik Byaki-sensei?" Kiaku berbalik menuruni atap karna bel pergantian pelajaran berbunyi.

XxXxXxX



Di kamar bernomor 17..

Isaki memasuki kamar dan langsung ambruk di kasur.
"Kenki-sensei hari ini lebih killer dari kemarin!" kata Isaki dengan nafas terengah-engah.

Kiaku tak memedulikannya, ia malah asyik membaca majalah olahraga.

"Kau tidak bisa olahraga malah suka membaca majalahnya. Apa itu tidak aneh?"

Kiaku tidak menanggapi perkataan Isaki.

"Uh..!" saking sebelnya, Isaki melempar bantal tepat di kepala Kiaku.

"Apa-apaan kau itu?!" Kiaku kembali melempar bantal Isaki.
Isaki menangkap bantal tersebut. "Mau perang bantal?" tanya Isaki.
"Tidak," jawab Kiaku masih terus mengamati majalah yang dibacanya.

"Ayolah..," Isaki melempar bantal tepat di kepala Kiaku dengan kekuatan ekstra.
"Sialan kau!" Kiaku menutup majalahnya dan berjalan menuju Isaki.

Buk!

Kiaku memukul kepala Isaki dengan bantal.

"Hahaha..! Ayo kita perang bantal!"

Isaki melempari Kiaku dengan bantal dan Kiaku membalasnya. Melempar dan dilempar. Membalas dan dibalas. Sungguh seperti adik dan kakak.

"Hahahaha..," tawa pecah diantara mereka berdua.

Kiaku melepas kacamatanya karena air matanya terus keluar karna terlalu banyak tertawa.

Mereka terus tertawa hingga waktu menunjukkan pukul 21.00.

"Tumben kau tertawa sekeras ini," kata Isaki.

"Kau curang! Kau menggelitikiku," Kiaku merebahkan tubuhnya di kasur.

"Tertawamu lucu juga," Isaki terkekeh.

Firasat Kiaku langsung tidak enak.

"Seperti... Seperti anak perempuan," tambah Isaki.
Kiaku langsung menutup wajahnya dengan tangannya.

"Hei, Kiaku," panggil Isaki.

Kiaku membuka matanya. Wajah Isaki berada tepat di depan wajahnya hingga menyebabkan wajah Kiaku memerah.

"Jadi rumor itu benar, kau..."

Perasaan Kiaku tak karuan.

"Kau banci? Eh, maaf, maaf Kiaku, maaf," Isaki menjauhkan dirinya dari Kiaku dengan perasaan bersalah.

Kiaku mengambil selimut dan menutup seluruh tubuhnya.

"Eh, Kiaku," belum sempat Isaki minta maaf, teleponnya berdering.

"Halo?"

"Apa kabar, Isaki?" suara Orie diujung telepon.

"Baik, sayang. Kau juga baik, kan?"

"Aku selalu baik-baik saja. Suaramu agak bergetar, apa kau sakit?" suara Orie sedikit khawatir.

"Tidak. Aku..habis bertengkar dengan Kiaku."

"Kiaku? Teman sekamarmu itu?"

"Benar."

"Kau sudah minta maaf?"

"Aku rasa...kesalahanku sangat sulit untuk dimaafkan," Isaki menundukkan kepalanya.

"Isaki, kau tak perlu bersedih. Aku memang tidak tahu masalahnya, tapi aku bisa merasakan kalau kau merasa sangat bersalah. Kiaku pasti mengerti kalau kau benar-benar merasa bersalah dan ingin minta maaf."

"Thanks, Orie," Isaki tersenyum.
"You're welcome."
"Ada apa kau meneleponku?"
"Hem?" Orie sedikit kaget. "Oh.. Aku hampir lupa. Isaki, aku merindukanmu. Apa kau di sana terlalu sibuk?"

"Hahaha... Jangan sedih begitu, Orie. Aku juga merindukanmu, tapi kegiatanku juga sangat banyak. Maaf ya, aku tidak bisa menjadi pacar yang baik."

"Tidak! Bagiku, kau sangat baik! Aku sangat bahagia punya pacar sepertimu."

"Terima kasih, Orie."

"Apa liburan nanti kau akan pulang ke Osaka?"

"Mm..."

"Mm?"

"Aku tidak bisa. Maaf. Aku ada pertandingan basket. Aku harus berlatih."

"Aku pasti akan mendukungmu!"

"Maaf, Orie."

"Tidak masalah. Semangat ya, Isaki. Mm.. Sudah ya, aku harus tidur. Good night."

"Have a nice dream.."

Isaki menutup ponselnya dan berbaring di kasur. Ditatapnya Kiaku yang mungkin sedang tertidur pulas. "Maaf."

Isaki melihat foto berbingkai yang terletak di mejanya. Disitu adalah dirinya dan perempuan berambut hitam panjang. Ia sangat cantik dengan senyum menawan. Tingginya setara dengan hidung Isaki. Perempuan itu adalah Orie. Perempuan cantik dengan sikap lembut, polos, dan ceria.

XxXxXxX

"Kau mau pulang? Besok perpisahan sekolah hlo.. Adik Pak Byaki mau kemari," kata Isaki melihat Kiaku telah siap untuk pulang ke Osaka. Tas hitam besar menggantung di punggungnya.

"Itu bukan urusanku," Kiaku tersenyum, "Isaki, maaf selama dua tahun ini aku selalu menyusahkanmu. Jika kau kembali ke Osaka, kenalkan aku pada Orie ya. Terima kasih untuk semuanya," Kiaku melambaikan tangannya.

"Hati-hati, bro!"

Mereka sudah melupakan masalah mereka dulu.

XxXxXxX

Perpisahan sekolah dimulai. Isaki agak kesepian karna biasanya ia selalu bersama Kiaku. Kiaku, kau sudah sampai di Osaka?

Tiba-tiba Iryu berlari ke arahnya.
"Hei Isaki, kau bisa bantu aku? Aku diserang," kata Iryu dengan nafas terengah-engah.

"Diserang?"

"Aku diserang Kak Renai dan genknya."

"Bagaimana bisa begitu?" alis Isaki bertaut.
"Mereka merusak lokerku karna itu aku juga merusak loker mereka. Kita taruhan, jika aku kalah, loker kelas 2-2 akan dirusak semua!"

"Kau yang bodoh. Kesalahanmu kau libatkan pada satu kelas."

"Bodoh gimana? Jika kita menang, mereka akan jadi pelayan kelas kita selama tiga hari."

"Lapor guru saja."

"Lapor guru? Gila kau! Ayo, bantu aku menyelamatkan kelas kita. Kau kan pintar berkelahi."

"Tidak, aku sedang tidak mood."

"Jangan-jangan kau ketularan Kiaku lagi! Kau masih normal kan?"

"Hei, Kiaku itu normal. Hm... Baiklah, aku akan membantumu."

Isaki dan Iryu menuju taman sekolah di mana seorangpun tak dapat melihat perkelahian mereka.

"Jadi cuma kalian berdua ya?" tanya Renai, lelaki kekar dan berotot.

"Yupz! Apa kalian takut dengan kita yang cuma berdua?" tantang Iryu.

"Mau mulai sekarang?"

Mereka berkelahi dengan tangan hampa. 2 lawan 5, benar-benar lawan yang tidak seimbang.

Isaki tersungkur di tanah. Ia terluka cukup parah. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Iryu terluka lebih parah. Bahkan ia tak sadarkan diri. Renai dan genknya hanya terluka sedikit. Isaki merasa tak bisa melawan Renai and the genk. Isaki mencoba berdiri walau kakinya terasa ngilu sambil berharap ada guru yang datang menyelamatkannya. Tapi rasanya tidak mungkin, guru-guru pasti sedang nonton opera perpisahan sekolah.

"Loe masih mau ngelawan kami ha?" Renai menginjak kepala Isaki.

"Hentikan!!" teriak seorang gadis.

Renai langsung menghentikan injakannya dan menoleh ke arah gadis tersebut. Bukan cuma Renai, Isaki dan genk Renai langsung menatap gadis tersebut dengan tatapan terpesona.

Gadis itu cukup tinggi dengan sepatu high heels sekitar 10 cm, wajahnya cukup cantik, rambutnya sebahu, ia mengenakan gaun selutut warna biru.

"Ada apa, Nona?" tanya Renai dengan senyum memikat.

"Lepaskan dia! Apa cowok di SMA Soka seperti ini? Suka berkelahi?!" bentak gadis tersebut dengan tatapan tajam.

"Hei hei, kenapa kau membelanya?" Renai mendekati gadis tersebut, "Sepertinya aku mengenalmu, kau adik Byaki-sensei kan? Kau cantik juga, sepertinya kau lebih killer dari kakakmu," Renai menyentuh dagu gadis tersebut tapi segera ditangkis oleh tangan gadis itu. "Hei hei, tidak perlu sekasar itu."

Buk!

Gadis itu memukul perut Renai hingga ia pingsan tak sadarkan diri.

"Kalian juga mau bernasib sepertinya?" tanya gadis itu dengan menunjukkan tinjunya.

"Ti-tidak..," genk Renai melarikan diri sambil menggendong Renai yang sedang pingsan.

"Kau tidak papa??" gadis itu membantu Isaki berdiri.

"Thanks. Kau adik Byaki-sensei??" tanya Isaki.

"Ah, benar. Namaku Ruki. Kalau kau?"

"Isaki," mereka berdua berjabat tangan. "Mm.. Kita bawa Iryu ke UKS. Dia tidak sadarkan diri."

"O-oh ya-ya!" Ruki seperti orang linglung.

Mereka membopong Iryu ke UKS.

"Bagaimana kau bisa bertengkar dengan mereka?" tanya Ruki.
"Ceritanya panjang. Mungkin tidak ada hubungannya denganmu. Oh ya, kau bisa bela diri?"
"Hm. Tentu saja! Urusan hajar menghajar aku pasti bisa!" Ruki menunjukkan tinjunya.
Isaki hanya tersenyum. Entah kenapa Ruki mengingatkannya pada seseorang. Tapi siapa??

"Kau ke sini mau bertemu Kakakmu??"

"Benar. Aku mau bernyanyi di acara perpisahan sekolah. Lagipula aku sudah lama tidak bertemu Kakak."

"Oh ya, kau kan tinggal di Spain? Pasti menyenangkan sekali tinggal di sana."

"Menyenangkan? Bagi sebagian orang mungkin menyenangkan, tapi bagiku lebih mengasyikkan tinggal di Jepang," Ruki tersenyum kecut.

"Penampilanmu tidak seperti sifatmu," Isaki mengamati Riku dari atas hingga bawah.

"Hahaha! Aku itu tomboy, karna aku harus tampil anggun, aku pakai pakaian kayak gini deh!" Ruki tertawa pelan.

"Oh ya, Byaki-sensei ada di belakang panggung. Kau mau ke sana??"

"Ayo!"

"Kita tinggal Iryu di sini. Biar dia bisa istirahat."

Mereka berdua berjalan menuju belakang panggung.

"Kakaaakk..," Ruki langsung memeluk Byaki-sensei.

"Kau sudah sampai?" tanya Byaki-sensei.

"Iya, aku diantar Isaki."

Byaki-sensei menoleh ke arah Isaki yang sedang cengengesan sambil garuk-garuk kepala. "Cepat siap-siap. 15 menit lagi kau akan tampil."

Ruki mengangguk. Byaki-sensei kembali menuju bangku penonton. Isaki menghampiri Ruki.

"Kakakmu masih terlihat killer ya, walaupun berbicara denganmu," kata Isaki sedikit merinding.

"Kalau tidak begitu, berarti dia bukan Kakakku," Ruki menepuk punggung Isaki.

"Inilah dia, moment yang paling kita tunggu, penampilan dari adik Byaki-sensei, Ruki," kata pembawa acara.

Semua penonton yang semuanya berkaum adam bertepuk tangan sambil "sit suit"!

"Pada kesempatan kali ini saya akan menyanyikan lagu berjudul Goodbye Days yang dipopulerkan oleh Yui untuk seseorang yang pertama kali saja jumpai di SMA Soka dan juga untuk kakak kelas yang telah lulus. Semoga kalian menjadi kebanggaan SMA Soka!"

Dakara ima ai ni yuku toki metanda
Poketto no kono kyo kuwo kimi ni watasu
Oh goodbye days ima kawaru kiga suru
Kinou made ni so long
Kaku yoku nai yasashisa ni aete yoka tayo
La la la goodbye days...
Um.. Hum..

"Terima kasih," Ruki membungkukkan badannya dan menghilang ditelan tirai panggung diselingi suara tepuk tangan yang sangat meriah.

"Bagus!" Isaki langsung menghampirinya begitu Ruki turun dari atas panggung.

"Gracias," Ruki tersenyum lebar.

"Ruki," panggil Byaki-sensei.

"Bentar, ya!" Ruki menghampiri Byaki-sensei.

Ruki dan Byaki-sensei bercakap-cakap dan berjalan menjauhi Isaki.

Hari sudah sore, dari tadi ia tidak melihat Ruki. Ia bertemu Byaki-sensei tapi tidak ada Ruki di sampingnya. Akhirnya ia memberanikan diri bertanya pada Byaki-sensei.

"Sensei!" teriak Isaki sambil menghampiri Byaki-sensei.

"Ada apa?" Byaki-sensei mengeluarkan sikap dinginnya.

"Saya mau tanya, di mana Ruki?"

"Kau mencari adikku?"

"Bu-bukan begitu, Ruki tiba-tiba menghilang setelah bersamamu."

"Ruki telah kembali ke Spanyol."

"Dia sudah pulang?!" mata Isaki melebar.

"Ruki kemari hanya untuk bernyanyi. Dia sangat sibuk," Byaki-sensei meninggalkan Isaki yang masih tak percaya tentang kepulangan Ruki ke Spanyol.

XxXxXxX
Kiaku memasuki kamar dengan wajah ditekuk. Tas hitam dan tas-tas kecil di tangannya ia lemparkan di kasur.

"Hei, sudah pulang?" tanya Isaki dengan majalah olahraga di tangannya.

"Aku bawakan dorayaki. Untukmu kuberi lebih banyak," Kiaku menyodorkan satu kardus dorayaki.

"Hm... Thanks," Isaki langsung merebut kardus tersebut dan memakan dorayakinya.

"Bagaimana liburanmu? Menyenangkan?" tanya Isaki.

"Mm.. Lebih menyenangkan dari liburan kemarin."

"Baguslah! Liburanku di sini jauh lebih menyenangkan. Kau tahu, adik Byaki-sensei membuatku tertarik. Ia tidak begitu cantik sih, dibanding dengan Orie jauh lebih cantik Orie. Tapi ada sesuatu darinya yang membuatku terus memikirkannya."

"Oh.."

"Jangan cuma berkata 'oh'! Jika sampai aku mencintai Ruki, Orie bagaimana?"

"Jadi adik Byaki-sensei bernama Ruki?"

"Ya.Tapi sayang, aku tidak dapat nomor ponselnya."

"Oh.."

"Besok masuk sekolah," Isaki menghela nafas.

"Kita mengawali hari baru menjadi anak kelas 3," Kiaku tersenyum samar.

"Perpisahan nanti, Ruki datang lagi tidak ya?"

"Minta Byakuya-sensei untuk mendatangkannya," Kiaku mengeluarkan pakaian dari tasnya dan memasukkannya ke almari.

"Kau gila?! Minta Byaki-sensei? Sebelum minta aku udah tinggal nisan," Isaki menatap ngeri.

"Hahaha..! Byaki-sensei tidak separah itu," Kiaku tertawa terbahak-bahak.

"Kau berubah sejak pulang ke Osaka," Isaki menatap dengan curiga.

"Aku sudah memutuskan untuk mengubah diriku," Kiaku tersenyum simpul.

"Baguslah! Ayo besok kita renang!"

"Re-renang?! Tidak! Aku takut! Jangan mengajakku melakukan hal yang tidak ku sukai!"

"Katanya kau mau berubah!"

"Ta-tapi harus dengan proses, pertama-tama ajari aku olahraga, ah tidak, ajari aku bela diri!"

"Baiklah. Sekarang?"

"Aku masih lelah. Besok saja."

"Oke!!"

XxXxXxX

Sepulang sekolah, Kiaku belajar bela diri dengan Ichigo di kamar mereka. Kiaku agak kaku melakukan gerakan bela diri. Tapi dengan berlatih, ia yakin ia pasti bisa!

Kelas 3 merupakan kelas yang sangat sibuk. Mereka harus menyiapkan diri untuk menempuh ujian nasional. Tiap hari siswa kelas 3 terus diberi tambahan pelajaran. Tapi, di kelas 3 ini, Kiaku terasa berbeda. Ia tidak pendiam lagi, sering tertawa, bisa bersosialisasi, dan nilai olahraganya cukup membaik. Ia terasa lebih tampan dibanding dulu. Ia juga tambah dekat dengan Isaki. Dan... Isaki merasa punya perasaan khusus padanya. Perasaan khusus?

XxXxXxX

Akhir-akhir ini Isaki selalu merasa aneh jika melihat Kiaku. Hatinya terasa tergerak. Dan juga ia selalu salah tingkah. Apa yang terjadi padanya?? Apa dia sudah tidak normal??

XxXxXxX

Kiaku keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Isaki terus mengamatinya, Kiaku dengan rambut basah begitu...cantik? Isaki mengalihkan perhatiannya ke buku karna Kiaku menatapnya dengan pandangan heran.

"Kenapa tadi melihatku seperti itu?" tanya Kiaku.

"Ti-tidak papa. Kau sedikit berbeda tidak memakai kacamata," jawab Isaki sedikit gugup.

XxXxXxX
Ujian nasional telah berakhir. Para siswa sangat lega karna beban yang selama ini ditanggung telah hilang setelah bel ujian nasional hari terakhir berdentang.

Para penghuni asrama Soka dibolehkan pulang dan wajib datang pada perpisahan sekolah yang akan diadakan 2 minggu lagi sekaligus pengumuman hasil ujian nasional.

Seminggu sebelum perpisahan sekolah, Isaki hendak break dengan Orie. Ia tak tahu alasannya. Mungkin otaknya sudah tidak wajar atau kurang waras karna sepertinya ia mulai menyukai Kiaku. Mungkin Orie tidak percaya alasannya itu, tapi ia yakin, Orie pasti merelakannya. Yah, dia sangat tahu sifat Orie.

XxXxXxX

Sehari sebelum perpisahan sekolah, Kiaku sibuk memasukkan barang-barangnya ke koper. Seperti biasa, Kiaku tidak pernah ikut perpisahan sekolah.

"Hei Kiaku, apa kau serius tidak ikut perpisahan ha??" tanya Isaki.

"Biasanya juga begitu," jawab Kiaku sedikit cuek.

"Apa kau tidak ingin tahu hasil ujian nasionalnya?" tanya Isaki sedikit membentak.

"Akan kuambil minggu depan. Aku harus kembali ke Osaka."

"Apa menurutmu hasil ujiannya tidak penting? Kita belajar bersama, olahraga bersama, belada diri bersama, mengapa tak bisa mengambil hasil ujian bersama?!" bentak Isaki.

Perkataan Isaki membuat Kiaku terpaku di tempatnya.

"Terserah kau sajalah. Biar jika aku berhasil aku tertawa sendirian," ucap Isaki pasrah.

"Kan masih ada teman-teman, apa kau tak pernah menganggap mereka temanmu?"

"Kita, teman satu kelas, teman satu sekolah adalah keluarga. Senang bersama, sedih bersama. Kenapa kau malah pergi? Egois sekali!" bentak Isaki lagi.

Kiaku tak bisa membantah perkataan Isaki.

"Maaf, Isaki. Aku harus pergi," Kiaku menggeret kopernya keluar dari kamar. Ia terus berjalan, eh bukan ia malah berlari karna tahu Isaki mengejarnya.

Sesampainya di gerbang sekolah, Isaki berhasil memegang tangan Kiaku.

Kiaku tak berkutik di tempatnya.

"Kenapa? Kau biasanya tidak melarangku pulang, tapi kenapa sekarang kau malah melarangku?!" bentak Kiaku.

"Maaf. Sepertinya secara tidak sadar aku menyukaimu," ucap Isaki.

Kiaku tak tahu harus berkata apa. Otaknya tak bisa mencerna kata-kata Isaki.

Tapi beberapa saat kemudian Kiaku tersenyum.

"Isaki, aku masih normal. Dan aku yakin kau pasti juga masih normal," Kiaku tersenyum dan pergi meninggalkan Isaki yang masih tak bisa berkata apa-apa.

XxXxXxX

Perpisahan sekolah dimulai. Isaki duduk di bangku penonton dengan wajah murung. Acarapun dimulai. Acara kali ini sangat meriah dengan dihadiri beberapa orang tua murid. Ayah Isaki tidak bisa datang karena harus bekerja. Isaki tak kecewa akan hal itu. Yang ia kecewakan adalah tidak ada Kiaku di sisinya.

Pengumuman hasil ujian nasional telah disampaikan. Ternyata Kiaku mendapat nilai terbaik dalam ujian tahun ini. Tapi yang disayangkan, sang pemenang malah tidak datang.

Acara ditutup dengan nyanyian dari adik Byaki-sensei, Ruki. Isaki kaget sekali. Kok bisa ada Ruki?
Ruki cantik sekali. Gaun ungu dan pantofel tanpa hak menunjukkan kalau dia sangat pendek, softlensa ungu dan juga cepit biru di rambutnya. Isaki sampai terpana melihatnya. Bukan hanya terpana, hatinya selalu bergetar saat melihat Ruki. Apa ia menyukai Ruki? Bagaimana dengan Kiaku?

"Lagu ini kupersembahkan untuk seseorang yang telah menyatakan perasaannya padaku, Isaki."

Isaki langsung terkejut setelah Ruki menyebut namanya.

Asa no hoomu de denwa mo shitemita
Demo nanka chigau ki ga shita
Furui gitaa wo hitotsu motte kita
Shashin wa zenbu oitekita
Nanika wo tebanashite soshite te ni ireru
Sonna kurikaeshi ka na??

"Isaki, terima kasih telah mengubah hidupku dan mau menerimaku apa adanya. Mungkin kau tidak tahu siapa aku. Aku akan memberimu jawaban. Aku juga menyukaimu. Bukan hanya menyukai, aku sangat mencintaimu."

Seluruh penonton langsung bertepuk tangan. Isaki masih tak mengerti maksud perkataan Ruki. Mungkin hatinya sudah emosi karna Ruki mengatakan hal yang tidak benar tentang dirinya. Dengan perasaan marah Isaki langsung menuju ke atas panggung.

"Apa maksudmu?! Kenapa kau berbohong ha? Aku tidak pernah menyatakan perasaanku padamu! Jangan kira kau sudah menyelamatkanku kau bisa seenaknya ya!" Isaki menggoyangkan bahu Kiaku.
"Maaf Isaki, maaf semuanya, aku menyembunyikan ini dari kalian. Karna aku sudah lulus, aku ingin mengakuinya. Sebenarnya aku...," Ruki melepas rambutnya atau bisa dibilang rambut palsunya. Terlihat rambutnya yang hitam cepak. Isaki langsung sadar kalau dia...

"Kiaku?!" Isaki seolah tak percaya. Kiaku terlihat sangat cantik. "Kenapa kau menyamar menjadi perempuan?"
"Aku bukannya menyamar menjadi perempuan, aku menyamar jadi laki-laki," Kiaku menjelaskan dengan lancar.
"Maksudmu?"
"Aku perempuan!! Itu sebabnya aku tidak mau berenang."

"Kau? Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membohongi kami semua ha? Kau kira karna kau adik Byaki-sensei kau bisa seenaknya?! Menyamar jadi laki-laki dan-"

Ruki menyetop ocehan Isaki dengan satu jarinya di bibir Isaki. Otomatis Isaki langsung berhenti mengoceh.

"Maaf, aku minta padamu dan semuanya. Aku tahu ini melanggar peraturan dan aku harus dikeluarkan dari sekolah. Tapi, apa tidak boleh seorang adik mematuhi perintah kakaknya?"

"Maksudmu?"

"Kak Byaki sangat overproctive, beliau tak ingin aku tinggal sendiri di Osaka. Kalian harus mengerti itu!!" Ruki memandang Byaki di bangku penonton.

"Ah! Aku tidak mengerti pikiran kakak beradik ini!"

"Kau tidak perlu mengerti. Aku dan Kak Byaki akan pindah ke Spanyol. Aku akan kuliah di sana."

"Apa?! Setelah membohongi kami semua kau pergi ke Spanyol?!"
Ruki mengangguk.

"Kau!!" Isaki geregetan dan memukul wajah Ruki. "Kau selalu seenaknya! Apa kau tidak pernah mengerti perasaanku?!"
Ruki tak membalas pukulan Isaki. Tapi ia menatapnya dengan mata yang siap menumpahkan air mata.

"Maaf," Isaki memeluk Ruki erat sekali. "Maaf telah memukulmu. Aku hanya kesal karna kau akan ke Spain."

Ruki sulit bernafas. Tapi dari pelukan itu ia merasa kalau Isaki tak ingin kehilangan dirinya.

"Hei Isaki, apa karna aku bukan Kiaku kau jadi tidak menyukaiku?" tanya Ruki dengan wajahpenuh harap.

Isaki melepas pelukannya. "Entah aku menyukai Kiaku atau Ruki, tak peduli kau cowok atau cewek, aku akan tetap menyukai seseorang di depanku ini."

Ruki langsung memeluk Isaki. "Terima kasih. Thanks, Isaki. I love you."


Mereka berdua berpelukan di atas panggung. Semua penonton langsung bertepuk tangan. Byaki sangat terharu. Teman-teman Kiaku menyesal karna pernah mengejeknya dengan sebutan banci padahal Ruki sangat hebat dalam bela diri dan olahraga. Apalagi ternyata Ruki cantik dan Adik Byaki-sensei.

Akhirnya Isaki dan Ruki terpaksa pacaran jarak jauh karna Ruki harus ke Spanyol untuk mengejar cita-citanya.

Sebuah kekurangan bukan untuk dimaki dan dicaci, tetapi untuk dilengkapi dan disempurnakan. Karna kekurangan adalah kelebihan yang harus ditemukan.  (A.N.K.12)
Sekian & terimakasih ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar