Rabu, 08 Juni 2011

POJOK ALUMNI

Pengantar Redaksi:
Yuktiasih Proborini adalah alumni SMA 5 Semarang angkatan 1984, putri dari Prof. DR.Soenardji (Almarhum) berikut ini tulisannya yang termuat calam catatan-catatannya. Semoga bermanfaat.

Jangan Ditangisi jika Bahasa Jawa Mati





Judul di atas adalah judul yang dipakai oleh Bapak(ku) ketika menyampaikan orasi ilmiah di IKIP (sekarang Unnes) Semarang, saat dies natalis sekitar tahun 80-an. Hal ini berangkat dari keprihatinan Bapak terhadap pendidikan penggunaan bahasa ibu di kalangan keluarga muda di Jawa Tengah, khususnya Semarang.

Sejak judul orasi itu muncul di koran Suara Merdeka, bertubi-tubi Bapak mendapatkan surat kaleng berisi ancaman-ancaman dan caci maki. Wahh... aku jadi serem ketika itu. Setiap kali selesai membaca surat-surat itu, Bapak menjadi terdiam, dan aku pura-pura tidak melihat. Setelah Bapak menyingkir, aku bertanya pada Ibu dan kemudian membaca surat-surat itu dalam diam.

Keprihatinan Bapak terhadap matinya bahasa Jawa memang terjawab, banyak anak muda seusiaku, waktu itu, yang tidak mengerti Bahasa Jawa dalam tataran kromo dan kromo inggil. (Untunglah aku masih bisa menggunakannya. Dan meskipun aku tinggal di Jakarta selama belasan tahun, logatmedhok-ku tidak bisa lepas, dan aku teteeeep tidak bisa menggunakan kata: 'gue' atau 'lo' dalam berkomunikasi.

Seiring berjalannya waktu, pihak Pemerintah Daerah Jawa Tengah mulai mengkritisi pernyataan Bapak dan Gubernur Jateng memanggil beliau untuk mendiskusikan cara-cara penanggulangannya. Dan salah satu bentuknya adalah dibuat jurusan Bahasa Jawa di Unnes (Universitas Negeri Semarang).

Bapak juga mengajar di sana. Suatu hari, pulang dengan mambawa hasil ujian mahasiswa jurusan Bahasa Jawa. Seperti biasa, aku melihat-lihat hasil ujian itu. Salah satu bentuk soal adalah membuat kalimat dengan menggunakan kata segawon. Segawon... apa arti kata itu? Segawon artinya adalah anjing (nama binatang) dalam bahasa Jawa Krama.

Kalimat yang dibuat oleh (para) mahasiswa, tidak ada yang menggambarkan bahwa mereka mengerti arti kata itu. Aku tertawa terbahak-bahak, waktu membaca hasilnya. Bagaimana mereka bisa menjadi guru Bahasa Jawa jika demikian. Tapi aku tahu, Bapak tetap bersemangat dan optimis, suatu saat Bahasa Jawa akan nJawani lagi.

Nah... saat ini aku dikabari oleh putriku yang sedang menuntut ilmu di Jakarta. "Bu, doain aku yaaa... aku pingin masuk jurusan Bahasa Jawa di UI."
"Oh......"
Apakah cita-cita (alm.) Bapak akan menerus dalam hati putriku yaaa... Semoga....!!!


Banyumanik, 15 Maret 2011,11.30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar