Sabtu, 16 April 2011

KENALI NEGERIMU CINTAI NEGERIMU

Menjelajah Semarang dalam Satu Hari



Pagi dini hari selepas subuh berangkat dari jalan Pemuda,  di depan sebuah bangunan yang berdiri th1928, saat itu bernama CES (Chiness English School) di jln. Bodjong 141-143 Semarang, sampai sekarang masih terawat baik dan digunakan sebagai sarana belajar: SMA Negeri 5 Semarang.

Rombongan bergerak ke arah paling selatan batas kota. Pukul 6 pagi, Vihara Buddha Gaya Watugong yang di dalamnya terdapat Pagoda Kwan Im, menjadi tujuan pertama perjalanan wisata sejarah di Semarang. Letak Vihara Buddha Gaya Watugong yang berada di perbatasan Kota Semarang dan Kab Semarang sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat kota, kira-kira hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi. Namun jarak Vihara Buddha Gaya Watugong paling jauh dari obyek wisata lain yang hampir semua berada di kawasan perkotaan Semarang.
 
Pagoda Kwan Im, bangunan yang terdapat di kompleks Vihara Buddha Gaya Watugong ini mempunyai nilai artistik tinggi 39 meter. Dibangunan tahun 2005, terletak persis di depan Makodam IV/Diponegoro Semarang. Bangunan yang mempunyai tujuh tingkat ini terdapat patung Dewi Welas Asih dari tingkatan kedua hingga keenamnya. Namun sedikitnya 20 patung Kwan Im dipasang di Pagoda tersebut. Pemasangan Dewi Welas Asih ini disesuaikan dengan arah mata angin. Hal ini dimaksudkan, agar Dewi yang selalu menebarkan cinta kasih tersebut bisa menjaga Kota Semarang dari segala arah. Bangunan ini merupakan pelengkap ruang Metta Karuna di Vihara Avalokitesvara Srikukusrejo Gunung Kalong di Kab Semarang.

Gereja Katedral Randusari menjadi tujuan selanjutnya. Bangunan ini terletak di kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan dr. Soetomo Semarang, dekat dengan Lawang Sewu. Bangunan Katedral terdiri dari gedung pertemuan dan sekolah (SD Bernadus dan SMP Dominico Savio). Katedral menjadi gereja induk di wilayah Keuskupan Jawa Tengah Agung Semarang. Bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan bersejarah yang dilindungi di Kota Semarang. Arsitektur bangunan Katedral berbentuk setangkup dengan facade tunggal yang berorientasi pada arsitektur Barat. Kompleks bangunan didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu masuk, masing-masing berada di sisi Barat, Selatan dan Utara.

Jika Anda memang belum pernah mengunjungi Lawang Sewu, Tugu Muda dan gedung Lawang Sewu adalah dua icon kota Semarang dan dari Gereja Katedral Randusari kita bisa berjalan sekitar 300 meter, atau jika Anda juga belum pernah ke Kuil Sam Po Kong, sekitar 3 Km dari Gereja Katedral Randusari kita bisa mencapainya.

Perjalanan kami langsung menuju ke Taman Srigunting yang letaknya di kawasan Kota Lama, tepatnya di Gereja Blenduk. Sebelumnya kami singgah sebentar di Kantor Pos Besar yang letaknya tidak jauh dari pasar tradisional terbesar di Semarang yaitu, Johar Semarang.

Kantor Pos Besar merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Loenpia dan Bandeng Presto ini. Bangunan Kantor Pos Besar dibangun pada saat pelayanan jasa pos di Indonesia hampir setengah abad. Sebelumnya, ketika lembaga pos yang dibentuk oleh J.P.Theben Tervile ini pada tahun 1862 mulai beroperasi, gedung yang ditempati berada di Kota Lama, berseberangan dengan kantor pelayanan jasa komunikasi di Jalan Letjend Suprapto, lebih ke arah barat. Tahun 1979 pernah dilakukan pemugaran pada gedung ini, serta penambahan ruang pada bagian belakang bangunan.

Tidak lama di Kantor Pos Besar, kami meluncur ke Taman Srigunting yang kurang lebih jaraknya hanya 3 Km karena masih dalam satu kawasan Kota Lama Semarang. Taman Srigunting merupakan landmark Kota Lama. Pada masa Belanda, Taman Srigunting berwujud parade plein yang dibangun untuk panggung parade yang kini menjadi ruang terbuka. Taman ini merupakan satu-satunya taman yang berada ditengah kota lama. Taman Srigunting terletak di Jalan Letjen Suprapto No. 32, kawasan Kota Lama, Semarang. Taman ini diapit oleh Gedung Marba di sebelah selatan, Gedung Jiwasraya di barat daya, Gereja Blenduk di sebelah barat dan Gedung Kerta Niaga di sebelah timur.

Setelah melakukan sholat Ashar di Masjid Besar Kauman Semarang. Masjid yang didirikan oleh ulama besar Semarang berdarah Arab bernama Maulana Ibnu Abdul Salim alias Kiai Pandan Arang ini berlokasi disekitar pasar Johar. Konon ceritanya , Masjid ini pernah terbakar pada tahun 1885 gara-gara tingginya melebihi Masjid Agung Demak dan dibangun kembali atas bantuan Asisten Residen Semarang GI Blume dan Bupati Semarang Raden Tumenggung Cokrodipuro yang selesai pada tahun 1889 diarsiteki oleh GA Gambier. Dari tanganya lahir masjid berasitektur atap tiga susun dengan puncak berhiaskan mustaka. 


Pada setiap menjelang dimulainya ibadah puasa bagi umat Islam, di pelataran masjid diselenggarakan upacara pembukaan awal ulan puasa oleh Kanjeng Bupati Semarang (yang diperankan oleh Walikota Semarang) dan berbagai tarian khas Kota Semarang, diantaranya tari Warak Dugder.


Menjelang petang rombongan menuju ke Klenteng Tay Kak Sie di kawasan pecinan, yang kurang lebih berjarak 5 Km meter dari Taman Srigunting. Jika Anda dari Pasar Johar, teruslah masuk ke Jalan H Agus Salim, jika Anda sudah bertemu dengan jalan Gang Lombok di situlah letak Klenteng Tay Kak Sie. Nama Tay Kak Sie jelas terlihat di pintu masuk Kelenteng, di situ tertulis tahun pemerintahan Kaisar Dao Guang 1821 – 1850 dari Dinasti Qing. Klenteng Tay Kak Sie didirikan pada tahun 1746, Klenteng Tay Kak Sie awalnya hanya untuk memuja Yang Mulia Dewi Welas Asih, Kwan Sie Im Po Sat. Klenteng ini kemudian berkembang menjadi klenteng besar yang juga memuja berbagai Dewa-Dewi Tao.

Setelah malam tiba, tidak jauh dari Klenteng Tay Kak Sie Anda bisa menuju ke kawasan kuliner Semawis (Semarang untuk Pariwisata), jaraknya kira-kira hanya 500 meter. Namun perlu diingat Semawis hanya ada pada hari Jumat sampai Minggu. Semawis dibuka sejak tanggal 15 Juli 2005, terletak di Gang Warung kawasan pecinan. Berbagai jenis makanan khas Semarang dapat dengan mudah kita dapatkan begitu memasuki kawasan semawis, yang ditutup bagi kendaraan ini. Kawasan Semawis tidak terlalu besar dan bisa dihabiskan dengan hanya berjalan kaki sekitar 20-30 menit, tetapi Semawis padat dengan aneka jenis makanan khas Semarang seperti pisang plenet atau lumpia, wedang ronde atau pun wedang roti.

Bagaimana dengan pengalaman wisatamu?

Sumber: 
http://sman5smg.sch.id
http://wisatasemarang.com 
http://sakgoni.blogspot.com
http://semarang.go.id/pariwisata









Tidak ada komentar:

Posting Komentar